UKM KRISTAL FE UNY DAMPINGI UMKM PATILO DI GUNUNGKIDUL

Alat mesin patilo

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki potensi sumber daya alam melimpah. Selain bidang pariwisata Gunungkidul juga memiliki aset pada bidang pertanian, seperti hasil bumi berupa ketela yang salah satunya berada di Kalurahan Tepus Kapanewon Tepus. Dengan tekstur tanah berupa batuan kapur maka kebanyakan petani hanya menanam tanaman yang dapat bertahan pada kondisi geografis tersebut seperti umbi-umbian, kacang, singkong, dan lain sebagainya. Dari sini menimbulkan kreativtas warga setempat dalam mengolah hasil pertaniannya dalam bentuk makanan. Salah satunya patilo yang berbahan dasar singkong. Namun kegiatan produksi, pemasaran serta inovasi patilo masih berskala tradisional. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pendampingan mengenai peningkatan mutu dan kualitas untuk menambah nilai jual produk patilo, dimulai dari pengemasan yang memadai, pemasaran yang semakin luas hingga dikenal banyak orang, dan inovasi produksi yang efisien dan efektif bagi produsen.  Inilah yang melatarbelakangi Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Riset dan Penalaran (UKM Kristal) Fakultas Ekonomi UNY melakukan pendampingan dan pelatihan supaya produk patilo menjadi produk yang iconic bagi Kalurahan Tepus. Anggota UKM Kristal yang terdiri dari Agnesti Cahya Diartyani, Andita Septianing Wahdani, Aqsha Dinda Pradana, Ilham Saputra, Merina Ramadan, Muhammad Royan, Nia Ifta Zhabilla, Saila Rizqi, Alifah Mauliddin Nur Ikhsan, Fairus Rahmi, Harlambang Fakhrur Ramadhan, Inas Azmi Auliannisa dan Seto Panggalih melakukan pendampingan secara terpadu mulai dari perencanaan, implementasi, pengawasan, evaluasi, dan kerja sama masyarakat sekitar.

Menurut ketua kelompok Agnesti Cahya Diartyani kegiatan ini selain dapat membantu kelompok pengusaha kerupuk patilo juga merupakan implementasi mata kuliah yang didapatkan di kampus. Mata kuliah manajemen UMKM dan kewirausahaan untuk mengelola usaha kerupuk patilo dengan menggunakan berbagai konsep, strategi usaha, dan analisis SWOT” ujarnya. Sedangkan mata kuliah kimia dasar, biologi dasar, teknik boga untuk membantu proses pembuatan kerupuk patilo supaya lebih higienis, sehat, awet, dan bercita rasa tinggi, serta mata kuliah transformasi digital sebagai pengelola dan pengembangan pemasaran produk. Agnesti juga mengatakan bahwa kegiatan pendampingan ini juga memberikan sejumlah pelatihan serta pemberian mesin pengaduk adonan dan mesin  pencetak kerupuk patilo. Andita Septianing Wahdani menambahkan kegiatan pelatihan yang dilakukan lebih menekankan pada penyadaran masyarakat akan potensi kerupuk patilo secara umum karena Kalurahan Tepus berada pada jalur wisata pantai sehingga berkesempatan dikenal orang dari berbagai daerah. “Pelatihan yang kami selenggarakan meliputi produksi produk, pengembangan mutu produk, diversifikasi produk serta penggunaan alat mesin produksi” kata Andita. Selain itu juga ada pelatihan pengelolaan pemasaran dan publikasi UMKM pada e-commerce serta laman web khusus UMKM Kalurahan Tepus yang akan disambungkan dengan laman web resmi kalurahan dan media sosial pada Karang Taruna. Kegiatan berupa pembuatan akun, diskusi strategi promosi, penawaran produk yang menarik, dan pengelolaan sistem media sosial yang rutin juga dilaksanakan.

Ilham Saputra menjelaskan pembuatan kerupuk patilo masih menggunakan cetak manual yang melibatkan kontak fisik tanpa sarung tangan. Selain itu, proses yang dilakukan terbilang cukup memakan waktu yang sangat lama dimana dalam waktu 1 hari hanya mampu menghasilkan 200 kg. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan alat yang dapat mempermudah dalam produksi serta dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil untuk mendukung keberlanjutan unit usaha agar lebih optimal dan memiliki daya saing tinggi. “Inilah yang mendorong kami membuat mesin pencetak kerupuk patilo” kata Ilmah. Harapannya agar kualitas kerupuk patilo yang dihasilkan dapat meningkat. Lurah Tepus Supardi, SP sangat gembira dengan adanya pendampingan ini karena dapat meningkatkan mutu dan kualitas untuk menambah nilai jual produk patilo, dimulai dari pengemasan yang memadai, pemasaran yang semakin luas hingga dikenal banyak orang, dan inovasi produksi yang efisien dan efektif bagi produsen. Peran pemuda dalam pemasaran digital juga dibutuhkan karena produsen patilo banyak yang sudah tua dan belum melek teknologi.

Kegiatan ini mendapatkan dana dari Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. PHP2D adalah salah satu agenda kegiatan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi berupa kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Tujuannya adalah menumbuhkan rasa peduli mahasiswa dan berkontribusi kepada masyarakat desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha, dan sejahtera. Hal ini merupakan salah satu upayaUNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu, kemitraan dan pengetasan kemiskinan. (Dedy)