Kisah Pejuang Muda UNY Di Nusa Tenggara Timur

2
min read
A- A+
read

Daffa dan Rizqi saat validasi warga

Pejuang Muda merupakan program sinergi antara Kementerian Sosial RI, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama yang diperuntukkan bagi mahasiswa agar berperan dalam penanganan kemiskinan dan masalah sosial di masyarakat. Program ini menggandeng 5.140 mahasiswa  dari berbagai perguruan tinggi yang diterjunkan ke masyarakat untuk mengetahui permasalahan sosial dari dekat dan berupaya menyelesaikan masalah kemiskinan di 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Pejuang Muda terdapat empat pilihan program, yaitu di bidang bantuan sosial, pemberdayaan, lingkungan, serta fasilitas lingkungan. Di lokasi tugas, Pejuang Muda mengerjakan proyek-proyek penanganan kemiskinan dan masalah sosial yang didukung anggaran oleh Kementerian Sosial. Mahasiswa UNY mendapatkan kesempatan terlibat dalam kegiatan ini, diantaranya Daffa Fakhri Maulana dari Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Rizqi Juniarti dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi dengan penempatan di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 9 kecamatan yaitu Atadei, Buyasari, Ile Ape, Lebatukan, Nagawutung, Nubatukan, Omesuri dan Wulandoni. Daffa dan Rizqi ditempatkan di Kecamatan Lebatukan.

Menurut Daffa, mereka ditugaskan untuk membantu percepatan penanganan kemiskinan melalui verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Verifikasi dan validasi DTKS tersebut dilakukan menggunakan aplikasi Social Affair Geographic Information System (SAGIS) di mana setiap penerima bantuan sosial yang diverifikasi dan validasi dapat dikonfirmasi lokasi dan kondisi rumahnya serta pemanfaatan bantuan sosial yang telah diterima. “Kami juga ditugaskan untuk berupaya menyelesaikan permasalahan sosial melalui team based project” katanya. Rizqi mengatakan team based project merupakan proyek sosial yang dilaksanakan melalui pemetaan masalah sosial dan mengidentifikasi solusinya yang kemudian disusun dalam bentuk proposal. Selama bertugas, tidak kurang dari 1.000 data penerima bantuan sosial telah diverifikasi dan validasi oleh Daffa dan Rizqi bersama tim Pejuang Muda, bahkan mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga membawa Kabupaten Lembata menjadi salah satu kabupaten yang berhasil mencapai peringkat yang tinggi dalam verifikasi dan validasi DTKS di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dari hasil pemetaan masalah melalui observasi, Daffa dan Rizqi bersama dengan 7 mahasiswa lain yang ditempatkan di Kabupaten Lembata memperoleh temuan bahwa permasalahan mendasar yang ada adalah potensi alam yang melimpah namun belum dimanfaatkan dengan optimal oleh masyarakat. Terdapat 3 kecamatan yang memiliki permasalahan dan potensi yang cocok dilakukan pemberdayaan yaitu Kecamatan Ile Ape dengan potensi jagung titi, Kecamatan Wulandoni dengan potensi kemiri serta Kecamatan Nagawutung dengan potensi rumput laut. Permasalahan ini diangkat oleh kelompok mahasiswa Pejuang Muda dengan mengusulkan proposal berjudulPemberdayaan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH dengan Metode Community Based Education dan Digital Marketing untuk Meningkatkan Nilai Perekonomian Masyarakat Kabupaten Lembata’ pada Kementerian Sosial RI sebagai lembaga yang menaungi Pejuang Muda.

Selain kegiatan rutin verifikasi dan validasi data, Daffa dan Rizqi juga mengadakan serangkaian kegiatan bagi warga setempat. Salah satunya kegiatan literasi keuangan di Desa Pada Kecamatan Lebatukan bagi siswa SD dan SMP. Dalam literasi keuangan ini disampaikan  kegiatan belajar mengenal uang, memahami arti menabung, kemudian memberikan pemahaman terkait dengan cita-cita dan apa yang harus mereka persiapkan sejak dini. “Kemudian kami juga mengajak anak-anak membuat celengan dari botol minuman dan kardus untuk mereka mulai menabung” kata Rizqi. Mereka juga mengadakan kegiatan sosialisasi terhadap warga terkait dengan dunia perkuliahan dan sumber-sumber informasi mengenai beasiswa. “Karena sasaran kita adalah para peserta PKH, kami mengupas pula terkait dengan KIP, sehingga hal ini menjadi salah satu langkah utama untuk memotivasi warga agar mau menguliahkan anaknya di perguruan tinggi” papar Daffa. Sosialisasi ini diadakan karena banyak sekali dari masyarakat yang tidak memiliki niat untuk menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Kemudian setelah adanya kegiatan tersebut masyarakat menjadi paham dan memiliki niat untuk menguliahkan anaknya. Bahkan Daffa dan Rizqi pun juga masih membantu mereka hingga sekarang dengan memberikan informasi secara online melalui gawainya. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu, kemitraan serta pengentasan kemiskinan. (Dedy)

 

 

MBKM