Kisah dibalik wisuda UNY masih berlanjut, kali ini Tri Utami lulusan prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Bukan tanpa sebab, gadis yang dipanggil Uut itu menyelesaikan kuliahnya dengan penuh drama. Cibiran tetangga tentang kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk menempuh jalur pendidikan tinggi hampir setiap hari sampai di telinganya. Gadis kelahiran Gunungkidul, 4 November 2001 itu berasal dari keluarga yang sederhana. Orang tua Uut, Suradi dan Lasiyem bekerja sebagai buruh tani yang menggarap tanah desa dengan uang sewa per tahunnya. “Kedua orang tua saya sudah sepuh karena berusia di atas 70 tahun dan tidak lulus SD” kata Uut yang merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya sudah berumah tangga dan berjarak usia cukup jauh. Sejak kecil Uut bercita-cita menjadi seorang guru yang mengajar dan membimbing anak-anak, dimana merupakan kepuasan tersendiri untuk mengantarkan mereka pada gerbang kesuksesan. Saat lulus dari SMP tahun 2016 Uut mendapat Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang cukup tinggi dan diterima di SMAN 2 Wonosari. Pada saat duduk di bangku SMA inilah cibiran mulai menimpanya. ‘Bila masuk SMA harus kuliah lho, apa sanggup orang tuamu menguliahkan?’ ‘Anak petani kok mau kuliah’ ‘Masuk SMK saja agar kelak langsung kerja’. Ini beberapa ucapan yang membuat Uut nyaris putus asa dan menyerah. Untungnya Suradi dan Lasiyem selalu memberikan semangat anak terakhirnya untuk terus mencari ilmu demi masa depan.
Warga Ngerboh Piyaman Wonosari Gunungkidul tersebut mengikuti beberapa ekstrakurikuler untuk mengembangkan bakat dan minat. Selain itu, Uut juga mengikuti beberapa perlombaan seperti olimpiade dan lain sebagainya. “Selama sekolah disini saya selalu mendapatkan rangking 3 besar. Nilai raport dari kelas X hingga kelas XII mengalami kenaikan. Hal itu membuat saya menjadi salah satu siswa eligible” kata Uut, Senin (12/6). Pada saat pendaftaran SNMPTN, yang sekarang bernama SNBP, Uut memilih 2 program studi dari UNY, pilihan pertama Pendidikan Ekonomi dan pilihan kedua Pendidikan Geografi. Pilihan program studinya yang dia minati dan prospek kedepannya bisa mewujudkan mimpinya untuk menjadi guru, dan Uut diterima pada prodi Pendidikan Ekonomi. “Namun saat itu saya hampir menyerah karena memikirkan biaya kuliah yang sangat besar. Apalagi saat itu bapak saya sudah tidak bekerja lagi karena pada saat saya kelas X beliau mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki kirinya tidak dapat digunakan untuk berjalan” ujar Uut. Uut berkonsultasi dengan guru BK dan disarankan mendaftar beasiswa Bidikmisi. Sembari menunggu awal masuk perkuliahan, Uut bergabung di suatu usaha yaitu pembuatan bucket bunga sebagai staff di bagian produksi dan bertahan selama 5 bulan.
Beruntunglah alumni SMAN 2 Wonosari tersebut diterima di UNY dengan mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Dunia perkuliahan dijalani dengan penuh syukur dan semangat. Karena mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, Uut mendapatkan relasi teman dari berbagai penjuru daerah. Kuliah memang tujuan utama, namun di bangku perkuliahan Uut juga mencari pengalaman dan mengembangkan bakat minat dengan mengikuti organisasi UKMF Penelitian Kristal FEB. “Di dalam organisasi tersebut saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Saya juga sering mengikuti perlombaan dalam bidang kepenulisan seperti lomba karya tulis ilmiah, essai, artikel, dan business plan tingkat nasional. Dan saya mendapatkan kejuaraan dari perlombaan tersebut” katanya. Di tahun 2022 Uut terpilih menjadi salah satu mahasiswa berprestasi FEB UNY dan mahasiswa berprestasi di bidang penalaran UNY.
Disela-sela pengambilan data untuk keperluan skripsi, Uut masih sempat mengikuti audisi pemilihan duta wisata Dimas Diajeng Gunungkidul dan masuk menjadi finalis 15 besar. Uut dinyatakan lulus dari FEB UNY dan yudisium pada 28 April 2023 dalam waktu 3 tahun 6 bulan saja. Tidak hanya itu, pada wisuda UNY yang berlangsung belum lama ini, Uut mempersembahkan pada orang tuanya gelar Cum Laude dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,79 sekaligus wisudawan terbaik program studi. “Saya bisa membuktikan kepada orang-orang yang beberapa tahun lalu meragukan saya, bahwa impian bisa tergapai. Anak petani juga bisa berkuliah. Anak petani juga bisa meraih cita-citanya. Bagaimanapun latar belakang kita, saya percaya pendidikan adalah sebuah hak. Tidak ada halangan untuk siapapun memperoleh pendidikan yang tinggi asal berusaha dan teguh dengan keyakinan” papar Uut.
Anak buruh tani itu sekarang sudah sarjana, namun Uut masih berharap kedepannya bisa mewujudkan doa orang tua yakni agar bisa menjadi seorang guru ataupun bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono