Tiga Sekolah Ikuti Uji Publik Komik Watak Kesatria: Strategi Kultural Atasi Problematika Remaja di Yogyakarta

Tim peneliti Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di bawah kepemimpinan Nur Endah Januarti, Dosen Pendidikan Sosiologi, melaksanakan uji publik Komik Watak Kesatria baru-baru ini di tiga sekolah: SMK Negeri 1 Pandak, SMP Negeri 1 Yogyakarta, dan SMA Negeri 7 Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari hilirisasi penelitian yang didanai BIMA melalui program “Komik Watak Kesatria: Media Edukasi dan Strategi Kultural Menangani Problematika Remaja.”

Komik ini mengangkat filosofi nilai-nilai Watak Kesatria—nyawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh—yang berasal dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Nilai tersebut dikembangkan melalui hasil kajian tim peneliti bersama pihak Keraton dan kemudian diterjemahkan dalam bentuk cerita visual yang dekat dengan dunia remaja.

Inisiatif ini sejalan dengan payung besar Program Diktisaintek Berdampak, yakni penguatan riset dan inovasi perguruan tinggi yang memberikan solusi konkret bagi masyarakat. Dua anggota tim peneliti, Grendi Hendrastomo dan Anik Widiastuti, menjelaskan bahwa program ini dirancang sebagai langkah preventif menghadapi maraknya kenakalan remaja, kejahatan jalanan, serta dinamika budaya remaja di DIY. Pendekatan berbasis budaya lokal dan saintifik ini juga mendukung capaian SDGs terutama “Peace, Justice, and Strong Institutions.”

Pada hari pelaksanaan, kegiatan dimulai dengan asesmen awal untuk mengukur pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Watak Kesatria sebelum membaca komik. Siswa kemudian menikmati empat seri komik dengan ilustrasi modern, tokoh inspiratif, serta cerita yang ringan namun sarat pesan budaya.

Antusiasme siswa tampak tinggi. Mereka menyebut komik ini “lucu,” “menghibur,” dan “dekat dengan kehidupan remaja,” sehingga membantu mereka memahami pesan budaya yang sebelumnya dianggap berat. Diskusi interaktif juga menggali karakter favorit, pesan moral paling berkesan, hingga refleksi penerapan nilai-nilai kesatria dalam aktivitas sehari-hari—mulai dari tanggung jawab, keberanian mengambil keputusan, kerja sama, hingga cara mengelola konflik.

Kegiatan ditutup dengan asesmen akhir serta pengumpulan saran mengenai visual, alur cerita, dan bahasa. Masukan ini menjadi bahan penyempurnaan sebelum komik didistribusikan lebih luas. Menurut Nur Endah Januarti, media komik merupakan sarana kreatif untuk menjembatani budaya lokal dengan kebutuhan pendidikan karakter masa kini. “Komik menjadi medium efektif untuk menanamkan nilai kesatria, memperkuat kedamaian, dan membangun perilaku sosial yang inklusif pada remaja,” ujarnya.

Dengan terlaksananya uji publik di tiga sekolah, tim peneliti berharap Komik Watak Kesatria dapat menjadi model edukasi kultural yang relevan, disukai remaja, dan berdampak nyata dalam penguatan karakter serta pencegahan perilaku menyimpang. Kegiatan serupa juga telah diterapkan di tingkat masyarakat dengan melibatkan para pemuda.

Penulis
Grendi Hendrastomo
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 3. Dosen Berkegiatan di Luar Kampus