Proses kegiatan pembelajaran di tingkat sekolah maupun Perguruan Tinggi pada masa pandemi Covid-19 menimbulkan banyak permasalahan yang dihadapi. Adanya pandemi Covid-19 berdampak pada aspek pendidikan menyebabkan pemerintah membuat kebijakan melaksanakan pembelajaran secara daring, hingga kebijakan yang terbaru yakni pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas. Dua hal yang mendasari adanya pemberlakuan pembelajaran tatap muka terbatas karena seluruh tenaga kependidikan sudah tervaksinasi dan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin menurun akibat pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang kurang efektif. Di samping itu, beberapa satuan pendidikan yang telah melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas juga memiliki kendala yakni muncul klaster Covid-19 di beberapa sekolah. Dari keprihatinan ini sekelompok mahasiswa UNY menggagas sistem pembelajaran Vircon (Virtual-Conventional) yang mengkolaborasikan pembelajaran luring dan daring dalam satu waktu bersamaan dengan memanfaatkan sejumlah perangkat pembelajaran. Mereka adalah Mutiara Pesona Bil Jannah prodi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Arga Vegi Anhari prodi Pendidikan Teknik Otomotif dan Alifah Mauliddin Nur Ikhsan prodi Teknologi Informasi.
Mutiara Pesona Bil Jannah mengungkapkan, metode ini banyak dikenal sebagai pembelajaran blended learning yang menjadi terobosan baru pada kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan di masa pandemi Covid-19. Secara umum, pada bidang pendidikan pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi telah memberikan peluang yang seluas-luasnya pada peserta didik dapat belajar mandiri secara online. “Namun, di sisi lain pembelajaran secara online pastinya mempunyai kendala-kendala yang dirasakan baik pendidik maupun peserta didik terutama pada kendala interaksi” ujarnya. Menurut gadis kelahiran Sleman 20 Oktober 2000 tersebut pembelajaran Vircon Classroom merupakan suatu inovasi model pembelajaran blended learning dengan mengkolaborasikan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran virtual. Selama ini sistem pembelajaran tatap muka terbatas yang sudah dilaksanakan menggunakan sistem shift, yaitu peserta didik dalam setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok dan masuk kelas di waktu yang berbeda. Hal ini tidak terjadi dalam pembelajaran Vircon Classroom. Arga Vegi Anhari menambahkan model pembelajaran Vircon Classroom dilaksanakan dengan cara peserta didik dalam setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok dimana keduanya dapat melaksanakan pembelajaran dalam satu waktu atau satu pertemuan dengan dua tempat yakni tatap muka dan virtual. Sedangkan pembagian kelompok tatap muka dan virtual tersebut dapat dilakukan secara bergantian sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. “Dalam waktu yang bersamaan ketika peserta didik yang mendapat jadwal melaksanakan pembelajaran daring, pendidik dapat menyiapkan platform pembelajaran online, seperti di dalam kelas yang sudah tersambung dengan perangkat ICT menggunakan platform zoom meeting, google meeting, dan sebagainya” papar Arga. Jadi dengan sistim ini guru mengajar di kelas siswa secara luring namun siswa yang mendapat giliran belajar secara daring dapat mengikuti materi yang disampaikan melalui platform pembelajaran online yang ada.
Alifah Mauliddin Nur Ikhsan mengatakan ada sejumlah keuntungan dalam penerapan model pembelajaran Vircon ini seperti pendidik dapat kembali menyampaikan pemahaman materi kepada peserta didik secara langsung dan dapat memberikan penilaian terhadap peserta didik secara intens. Bahkan pendidik dapat meningkatkan keterampilannya dalam memanfaatkan teknologi dan informasi. “Dari pihak siswa dapat kembali melaksanakan pembelajaran secara tatap muka terbatas dengan berkelompok secara bergantian sekaligus meningkatkan pengetahuan mereka tentang penggunaan platform pembelajaran daring” tutupnya. Karya ini berhasil meraih juara 3 dalam LKTI Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung tahun 2021. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)