Lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil menyulap tempe menjadi biskuit balita yang siap dikonsumsi. Kelima mahasiswa tersebut diantaranya, Siti Nursipa Wulida, mahasiswa Pendidikan Tata Boga; Nur Evirda Khosyiati, mahasiswa Pendidikan Tata Boga; Rifki Refiyandi, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar; Putri A.Panggabean, mahasiswa Program Studi Akuntansi; dan Syifaun Nuha A, mahasiswa Program Studi Manajemen. Biskuit balita tersebut dinamai Bistbox. .
Siti Nursipa Wulida menjelaskan, nama Bistbox berasal dari singkatan Bist dan Box. Ia juga menyampaikan bahwa selama ini tempe kebanyakan diolah menjadi gorengan atau sekedar lauk teman makan biasa. Namun, di tangan kreatif tim PKM-K UNY tempe beralih menjadi biskuit balita. Berbekal dari pengetahuan anggota tim yang berkompeten di bidang Tata Boga menunjang lahirnya produk ini. Biskuit ini menargetkan sasaran konsumen balita berusia 1-3 tahun. Menurut mereka, tempe sebagai superfood dengan berbagai manfaatnya menjadi pertimbangan tersendiri sehingga memilih tempe sebagai pembuatan bahan dasar biskuit.
Tajuk proposal ‘Bistbox: Biskuit Berbasis Tempe dan Board Game Interaktif Cerita Fabel Nusantara untuk Mengatasi Gerakan Tutup Mulut pada Balita’ menghantarkan tim PKM-K UNY selangkah lebih maju menuju PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional). “Awal mula kami membuat produk ini karena melihat tempe memiliki sumber protein yang tinggi tapi sayangnya masih jarang diinovasikan menjadi produk-produk baru” jelas Siti saat ditanya perihal penggunaan tempe sebagai bahan baku pembuatan biskuit.
Selama berkegiatan dalam menghasilkan produk, tim PKM-K UNY memanfaatkan fasilitas laboratorium kimia PTBB, Fakultas Teknik yang didukung oleh pihak kampus. Proses produksi produk dilakukan kurang lebih selama dua jam untuk menghasilkan sekitar 200 biskuit. Produk yang digagas oleh mahasiswa UNY ini juga telah lulus uji laboratorium dan memiliki NIB (Nomor Induk Berusaha). Hal ini tentu menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk yang tidak hanya enak tetapi juga layak untuk dikonsumsi.
Tidak kehabisan akal, tim PKM-K UNY ini juga menginovasikan secara kreatif kemasan yang digunakan. Menggunakan konsep reusable menghasilkan inovasi terhadap daya guna kemasan produk Bistbox. “Kami juga melihat kompetitor biskuit balita di pasaran biasanya kemasannya hanya berbentuk box biasa. Akan tetapi, kemasan yang kami gunakan ini ketika dibuka bisa menjadi papan permainan atau board game. Sehingga anak bisa bereksplorasi di atas papan permainan tersebut” ungkap Evirda.
Board game dari kemasan produk ini tentu menambah daya tarik tersendiri bagi calon konsumen. Selain itu, biskuit dengan ragam bentuk unik juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya bentuk biskuit balita yang unik hanya bermaksud menarik perhatian. Akan tetapi, Syifatun menyampaikan bahwa pemilihan bentuk hewan pada setiap paket Bistbox akan disertai sebuah cerita fabel. Bentuk biskuit akan menyesuaikan setiap cerita fabel yang akan diperoleh. Hal ini diharapkan akan muncul kreativitas bagi balita dalam mengimajinasikan cerita dengan karakter biskuit. Selain memperoleh manfaat bagi tubuh karena kandungan protein dari tempe, Bistbox juga mengasah kemampuan psikomotorik anak melalui permainan.
Keberhasilan menciptakan produk Bistbox barulah langkah kedua setelah penemuan ide. Tantangan selanjutnya ialah promosi dan pemasaran produk. Berbagai upaya dilakukan oleh tim PKM-K UNY dalam menjajakan produknya mulai dari media sosial hingga mengikuti pameran. Bistbox dari awal terbentuknya telah aktif di media sosial instagram @pkmk_bistbox untuk menawarkan produknya. Tidak berhenti di situ, tim PKM-K UNY ini juga telah mengikuti serangkaian pameran Culinary Innovation Festival yang berlokasi di Sleman City Hall, Yogyakarta.
Bistbox dibuat menggunakan tempe dan seluruh tepung gluten free seperti tepung beras, tepung mocaf, dan maizena. Langkah pertama, kukus tempe selama 15 menit, lalu dihancurkan dan dimasukkan ke dalam cabinet dryer, kemudian haluskan menggunakan grinder. “Setelah adonan cair tercampur rata, masukkan tepung tempe dan semua tepung kering berbahan. Lalu adonan yang sudah kalis dicetak berbentuk hewan dan dipanggang dalam oven sekitar 30 menit” jelas Siti.
Pemasaran telah dilakukan melalui sistem Pree Order (PO). Cukup membayar Rp. 40.000,- sebuah Bistbox dengan pilihan rasa original dan madu dapat dinikmati oleh balita. Konsumen akan mendapat berbagai keuntungan dengan membeli satu Bistbox mulai dari biskuit, board game, buku panduan, dan cerita fabel yang menarik.