Mata Susilowati berkaca-kaca saat melihat anaknya diwisuda. Suaminya, Muhasim yang bekerja sebagai buruh pabrik di Bandung tidak dapat menyaksikan putrinya menyelesaikan studi di UNY karena tidak dapat meninggalkan pekerjaannya. Muhasim dan Susilowati adalah orang tua Elin Kartika, S.Pd yang mendapatkan indek prestasi kumulatif tertinggi untuk jenjang sarjana 3,95 berpredikat Cumlaude.
Mahasiswa program studi Pendidikan Guru PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi tersebut mengisahkan pada awalnya tidak diizinkan kuliah oleh orang tuanya karena masalah ekonomi. Apalagi saat itu tahun 2020 adalah awal masa pandemi sehingga berimbas pada banyak sektor. “Ayah menyarankan untuk bekerja dulu karena tidak yakin dapat membiayai kuliah. Hal ini menjadikan dilema bagi saya apakah mau kuliah atau kerja” kata Elin. Beruntung guru BK sekolahnya memberi informasi mengenai beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) sehingga Elin mengajukan beasiswa itu dan mendaftar kuliah.
Alumni SMA Negeri 1 Kutowinangun tersebut diterima di UNY melalui jalur SBMPTN, atau SNBT pada masa sekarang. “Disamping kuliah, dari semester 5 saya menjadi tentor les SD untuk menambah uang saku. Selain itu juga menjadi tentor les privat dari rumah ke rumah” ujar Elin. Pada awalnya Elin merasa berat untuk menjalankan karena lelah sepulang kuliah dan dilanjutkan mengajar anak-anak. Belum lagi ketika banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan, menjadi tantangan tersendiri untuk bisa membagi waktu dengan baik. Namun, seiring berjalannya waktu Elin belajar membagi waktu hingga bisa menjalankan semua itu dengan seimbang dan berjalan sesuai porsinya. Manajemen waktu menjadi tantangan yang cukup sulit dihadapi. Menurutnya semua kegiatan akan terlaksana dengan baik jika tidak membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Semua orang memiliki waktu yang sama, tinggal bagaimana cara setiap orang itu menggunakan porsi waktunya dengan bijak.
Diungkapkan warga Desa Kembangsawit, Ambal, Kebumen itu bahwa mendapat indeks prestasi tinggi dalam waktu kurang dari 4 tahun adalah sebuah hadiah yang tidak pernah disangka sebelumnya. “Saya bukanlah orang yang cerdas dan tidak mempunyai previlege dalam segi ekonomi, namun selalu berusaha keras dan terus belajar untuk mencapai sesuatu” kata Elin. Melakukan sesuatu sampai batas maksimal adalah salah satu hal yang selama ini ia lakukan dalam menjalani perkuliahan. Menurut penerima beasiswa KIPK itu, hasil bukanlah menjadi tujuan namun prosesnyalah yang lebih penting. Tidak perlu terburu-buru untuk mengerjakan namun jangan pula terlalu santai. Kerjakan sesuatu sebisa mungkin dengan usaha yang optimal. Penting juga untuk selalu berpikir positif dan meyakinkan diri sendiri bahwa segala sesuatu bisa dilewati dengan mudah, bahkan yang sulit sekalipun. Untuk itu perlu menghilangkan kekhawatiran yang muncul dalam benak agar lebih fokus untuk menjalankan sesuatu yang bisa dikerjakan.
Gadis kelahiran Bandung 12 Februari 2002 tersebut memaparkan, selain usaha yang kuat dan optimal, yakin dengan diri sendiri, selalu berpikir positif, dan manajemen waktu yang baik, doa menjadi hal yang sangat penting baginya. “Saya merasa bahwa semua usaha yang dilakukan sekeras apapun tanpa diiringi dengan doa juga akan sia-sia” katanya. Dalam hal ini Elin juga selalu meminta doa serta dukungan dari orang tua dan teman-teman terdekat karena support system dari merekalah yang membuat selalu kuat dan berhasil melewati setiap proses suka duka dalam perkuliahan hingga bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Elin berpesan pada para mahasiswa agar menjadikan setiap kesulitan menjadi tantangan yang harus dilewati. “Nikmati setiap proses yang dilalui dengan pikiran yang positif. Segera bangkit dari kemalasan dan keputusasaan karena pasti akan ada jalan keluar di setiap masalah jika kita mencoba melakukannya. Jangan lupa carilah teman dan lingkungan yang bisa membawa pada kebaikan untuk mengembangkan diri pada potensi yang optimal” tutupnya.