Perkembangan dunia pendidikan saat ini tengah memasuki masa yang sangat penting, tidak saja dalam upaya memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan optimal, tetapi juga masa yang penting yang akan menentukan kelanjutan pendidikan itu sendiri. Saat ini, tantangan dunia pendidikan semakin kompleks dan menuntut persiapan dan pemikiran yang sangat serius. Kita dihadapkan pada suatu perubahan yang cepat dan non-linear sebagai akibat bergulirnya suatu masa yang sering disebut sebagai ‘Era Revolusi Industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 secara fundamental mengubah peradaban manusia. Kemajuan teknologi ini memungkinkan otomatisasi di hampir semua bidang. Penjualan produk dan jasa menjadi jauh lebih cepat dan efisien. Revolusi industri generasi pertama ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia, generasi kedua, melalui penerapan konsep produksi massal dengan manfaatkan tenaga listrik, generasi ketiga, ditandai penggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industri. Pada revolusi industri keempat, menjadi lompatan besar bagi sektor industri, dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya.Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik. Internet of things mengubah total proses produksi. Penerimaan pesanan, pembuatan desain, perkiraan tren dan permintaan, pembuatan barang, pengemasan, hingga pengiriman ke konsumen bisa dilakukan robot. Kecerdasan buatan ini menjadi kunci efisiensi.
Lulusan perguruan tinggi harus bersiap menghadapi era banyak "gangguan" yang diakibatkan oleh perubahan yang makin sering terjadi dan harus disikapi dengan bijaksana agar mampu menanggapi tantangan zaman. Kita tidak boleh terperangkap dengan cara pandang zaman old, tetapi harus bergerak cepat untuk melakukan berbagai inovasi. Kita harus sudah berubah menjadi orang yang selalu berfikir kritis dan kreatif. Kita jangan terjebak dalam comfort zone (zona nyaman) dengan tidak mau melakukan tindakan apa-apa untuk memperbaiki kondisi sekarang, tetapi melakukan learning zone dengan berusaha memahami ilmu baru, dengan mengobservasi, memahami, menseleksi, menjadikan hal baru menjadi bagian dari diri kita, melakukan perencanaan, eksekusi, dan evaluasi.
Hasil penekitian McKinsey & Company memperkirakan 47 persen pekerjaan akan menghilang dalam seperempat abad ke depan. Robot dan kecerdasan buatan bahkan menyingkirkan pekerjaan 800 juta tenaga kerja di seluruh dunia pada tahun 2030. Berbagai profesi juga akan menghilang, digantikan oleh kegesitan mesin. Teknologi canggih ini juga bisa menyebabkan marginalisasi bagi sejumlah kelompok, memperbesar kesenjangan ekonomi, memunculkan risiko keamanan, dan merusak hubungan antarmanusia. Tanpa persiapan matang, efek negatif itu bisa sangat merusak optimisme para lulusan PT dalam mencari ataupun menciptakan pekerjaan.
Perkembangan ini tentu saja memerlukan respons yang tepat dan cepat, lulusan pendidikan tinggi harus selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan bersiap menghadapi tantangan besar ini. Dalam merespon perubahan tersebut, para lulusan harus memiliki mindset yang terbuka terhadap perubahan, mindset yang adaptive, yang sering disebut dengan growth mindset. Manusia dengan growth mindset selalu memandang pencapaian sebagai hasil usaha dan hasil belajar, dan bukan semata-mata karena adanya bakat dan takdir. Manusia dengan growth mindset memandang dirinya dapat mencapai apapun sepanjang dia mau berusaha dan belajar. Sikap semacam ini akan dapat menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan mampu belajar dan mencapai apapun yang kita kehendaki. Para lulusan tidak boleh berpegang pada fixed-mindset, sehingga akan sulit untuk beradaptasi terhadap perubahan. Manusia dengan fixed-mindset akan cenderung membatasi kemampuan pada apa yang mereka percayai bahwa mereka berbakat.
Untuk menghadapi persaingan tersebut, di mana pun lulusan PT akan berlabuh, lulusan harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan pemecahan masalah, kreatif dan inovatif, serta kemampuan komunikasi dan kolaborasi yang baik. Selain itu, penguasaan literasi digital, yang terdiri atas literasi informasi, literasi media, dan literasi teknologi informasi dan komunikasi harus menjadi prioritas. Untuk dapat menghadapi karier dan kecakapan hidup atau live skill ke depan (yang sekarang dikenal dengan zaman now), para lulusan harus memiliki kemampuan fleksibilitas dan adaptasi yang tinggi, berinisiatif dan penguatan tujuan hidup, kemampuan berinteraksi sosial dan komunikasi antar budaya, produktif, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Revolusi industri 4.0 sebuah peradaban dunia dan kita harus bisa menggengamnya. Semoga.
Artikel dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, edisi Sabtu 27 November 2018