Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) semakin memperkuat komitmennya dalam mendukung Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), termasuk Pemerintah Kota Yogyakarta, untuk membangun sistem peringatan dini dan meningkatkan ketangguhan masyarakat terhadap bencana. Kolaborasi strategis ini mendapat dukungan penuh dari Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto.
Melalui Pusat Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim, UNY menyediakan dukungan komprehensif berbasis ilmiah yang mencakup empat pilar utama: penguatan pengetahuan risiko, pemantauan dan prakiraan, diseminasi informasi, serta kesiapsiagaan merespons.
Dukungan fundamental UNY dimulai dari penyediaan pengetahuan risiko (risk knowledge) yang solid. Para akademisi dan peneliti universitas secara aktif melakukan kajian dan pemetaan di wilayah-wilayah rawan bencana di Yogyakarta, termasuk di wilayah perkotaan. Hasil penelitian, seperti kajian mendalam mengenai potensi risiko di kawasan lereng Gunung Merapi dan analisis kerentanan di kawasan padat penduduk Kota Jogja, memberikan data krusial bagi pemerintah daerah.
“Data dan kajian ilmiah dari UNY sangat penting sebagai dasar penyusunan kebijakan mitigasi dan rencana tata ruang yang lebih aman dan terukur, khususnya di tengah dinamika pembangunan kota,” ujar Sugeng Purwanto, Penjabat Wali Kota Yogyakarta, saat menanggapi inisiatif ini.
Pada pilar pemantauan dan prakiraan (monitoring and forecasting), UNY berkontribusi melalui pengembangan keahlian dan teknologi. Universitas mengembangkan sistem informasi data lingkungan terintegrasi yang mampu mengolah berbagai data untuk pemantauan berkelanjutan. Keahlian para pakar UNY di bidang geofisika, geografi, dan lingkungan membantu pemerintah daerah, termasuk Pemkot Jogja, dalam menganalisis data pemantauan. Hal ini memungkinkan prakiraan potensi bencana seperti banjir dan tanah longsor di wilayah urban dilakukan dengan lebih akurat dan tepat waktu.
Agar peringatan dini efektif, informasi harus sampai kepada masyarakat dengan cepat dan mudah dipahami. UNY memainkan peran penting dalam pilar komunikasi dan diseminasi (communication and dissemination). Melalui program pengabdian kepada masyarakat, dosen dan mahasiswa secara rutin mengadakan sosialisasi mengenai bahaya bencana hidrometeorologi di berbagai komunitas, termasuk kelurahan-kelurahan di Kota Jogja. Inovasi media edukasi, seperti pengembangan flash card berbasis augmented reality untuk mitigasi tanah longsor, juga dikembangkan untuk menyampaikan pesan kebencanaan dengan cara yang menarik, terutama bagi generasi muda.
Pilar terakhir adalah kesiapsiagaan untuk merespons (preparedness to respond), di mana UNY fokus pada peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat. Universitas aktif terlibat dalam pelatihan dan edukasi kesiapsiagaan bencana yang menyasar berbagai kalangan, dari siswa sekolah hingga masyarakat umum di Kota Jogja. Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik kebencanaan kerap diimplementasikan untuk mendampingi kelurahan dalam menyusun rencana evakuasi mandiri dan membentuk tim siaga bencana.
“Sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat ini kunci membangun ketangguhan. Kami apresiasi kontribusi nyata UNY dalam membangun budaya sadar bencana dari tingkat akar rumput, menciptakan masyarakat Jogja yang lebih siap dan tangguh,” tegas Sugeng Purwanto.
Kolaborasi UNY dan Pemkot Jogja ini diharapkan dapat menjadi model dalam pengurangan risiko bencana berbasis ilmiah dan partisipatif, mendukung terwujudnya pembangunan berkelanjutan dan kota yang tangguh.