Terapi masase dan terapi latihan dapat digunakan untuk penanganan cedera ringan pada anggota gerak tubuh untuk pemulihan bagi olahragawan dalam mempersiapkan kondisi fisik yang bugar untuk persiapan melakukan latihan, bertanding dan setelah bertanding. Hal ini diungkapkan Guru Besar dalam Terapi dan Rehabilitasi Cidera Olahraga pada Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Ali Satia Graha, M.Kes Senin (8/4).
Menurutnya cedera adalah masalah yang dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh manusia, termasuk tulang, otot, sendi, tendon, dan ligamen. “Cedera ini sering kali diidentifikasi melalui gejala peradangan yang muncul di area yang terkena cedera” papar Ali. Tanda peradangan adalah salah satu respons alami yang timbul untuk melindungi area yang mengalami cedera tersebut. Olahragawan non atlet banyak mengalami cedera sebelum melakukan olahraga dan tidak mendapatkan perawatan serta pemulihan tetapi tetap melakukan olahraga. Banyak ditemukan bahwa olahragawan non atlet yang mengalami cedera diakibatkan oleh aktivitas tubuh yang statis dengan waktu yang lama pada posisi duduk, berdiri, dan jongkok mengakibatkan gangguan muskuloskleletal ditandai adanya inflamasi. Hasil penelitian lain pada olahragawan non atlet, seperti pekerja-pekerja di depan layar yang melakukan aktivitas olahraga sudah mengalami cedera terlebih dahulu akibat tidak ergonomis dalam berakitivitas sehari-hari. Cedera yang timbul antara lain cedera panggul, pinggang, bahu dan leher, sehingga saat melakukan olahraga kondisi cedera tersebut semakin parah.
Pria kelahiran Garut 15 April 1975 itu menyebutkan, terapi masase adalah seni dan keterampilan manipulasi tubuh yang telah berusia ratusan tahun digunakan sebagai metode dalam membantu mengurangi inflamasi, relaksasi pada otot, ligamen dan gangguan gerak sendi. “Terapi masase dikategori ke dalam pengobatan non-farmakologi yang memiliki berbagai manfaat, dan secara umum diakui sebagai modalitas terapi yang aman, tidak memiliki risiko atau efek samping yang besar, biaya rendah, dan perlakuan yang mudah” ujar Ali. Teknik terapi pemulihan pasca cedera lutut dapat dilakukan pemberian pembebatan pada sendi serta ditambah masase jaringan lunak pada otot, tendon, ligamen pada sekitar sendi lutut. Teknik pemulihan ini sangat efektif dalam meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan persendian lutut.
Warga Danukusuman Yogyakarta tersebut menjelaskan penanganan rehabilitasi dalam cedera olahraga ada 8 prinsip dasar kedokteran olahraga yang ditinjau dari sudut pandang fisik antara lain kendali inflamasi, kontrol nyeri, pemulihan jangkauan gerak sendi dan ekstensibilitas jaringan lunak, pemulihan kekuatan otot, pemulihan daya tahan otot termasuk mengurangi beban, latihan biomekanik pada anggota gerak tubuh, pemeliharaan kebugaran kardiovaskuler, dan pengembangan program latihan. “Terapi latihan, bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh, stabilisasi otot dan sendi, kekuatan otot dan peningkatan gerak sendi” kata Ali. Program latihan yang diberikan untuk kasus cedera pergelangan kaki dapat dimulai dari latihan ringan, sedang hingga berat. Didukung hasil penelitian lain, lebih dari 80% atlet sepakbola yang mengalami cedera ringan sendi pergelangan kaki diberikan latihan plyometric ringan dengan jangka waktu 4-8 minggu sebelum kembali ke lapangan untuk mengikuti latihan dan pertandingan. Terapi latihan sebagai bagian dari rehabilitasi berperan dalam membantu pemulihan cedera anggota gerak tubuh.