PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Kewirausahaan  merupakan suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Kewirausahaan muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses berwirausaha meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Ibnu Syamsi., M.Pd. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu Pendidikan Kewirausahaan Anak Berkebutuhan Khusus pada Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Pidato berjudul ‘Spektrum Kewirausahaan Anak Kemampuan Unggul (Supergenius)’ tersebut dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Auditorium UNY, Sabtu (19/6).

Pria kelahiran Yogyakarta 04 April 1957 tersebut mengatakan, spektrum kewirausahaan anak supergenius merupakan suatu pengertian yang tertuju pada multy talenta yang dimiliki oleh anak-anak. Supergenius banyak melakukan perubahan terhadap kehidupan dunia termasuk dalam dunia usaha. Perubahan yang terjadi dalam dunia kewirausahaan pada saat ini merupakan hasil inovasi-inovasi yang mereka lakukan dengan gaya mereka masing-masing, seperti yang dilakukan oleh Jeff Bezos, Steve Job, Elon Musk, Bill Gate, Robert Ashton, Jec Ma, Mark Zukerberg, Julia Hartz, dan Larry Page. “Kalau dilihat rata-rata entrepreneurship di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara Asia Tenggara. Kita bisa melihat Thailand, Singapura, Malaysia sangat maju mengembangkan dunia usahanya. Bila bandingkan dengan negara-negara besar dunia lebih jauh lagi tertinggal” paparnya.

Menurut Doktor bidang studi PLS dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tersebut memaparkan anak berbakat dan supergenius dikategorikan anak berkebutuhan khusus karena mereka berbeda dengan anak normal lainnya. Artinya anak gifted atau anak berbakat berbeda dalam hal kemampuan, sehingga mereka harus mendapatkan pendidikan yang berbeda dari anak normal lainnya. Perilaku anak-anak ini terlihat, seperti berbicara lebih awal, mudah mengingat banyak hal, suka mempertanyakan segala hal, penuh imajinasi yang mampu membangun kreativitas, bisa membaca lebih cepat, hobi unik yang mengagumkan, fokus dalam beraktivitas, menunjukkan sikap simpati yang tinggi. Genius adalah istilah untuk menyebut seseorang dengan kapasitas kecerdasan di atas rata-rata di bidang intelektual, terutama yang ditunjukkan dalam hasil kerja yang kreatif dan orisinal. Seseorang dapat menyandang predikat genius apabila memiliki IQ (intellegence quotient) di atas 140. Orang jenius punya fantasi yang luar biasa. Ada jutaan ide serta rencana di dalam kepala mereka. Maka tak heran jika orang jenius punya imajinasi yang begitu liar. Meski begitu, itu merupakan sebuah pertanda bahwa mereka merupakan orang kreatif dan mampu memecahkan suatu masalah lewat pemikirannya.

Warga Gejayan Condongcatur Sleman Yogyakarta tersebut mengungkapkan, konsep spektrum berwirausaha anak supergenius merupakan buah pemikiran untuk mempelajari perilaku anak supergenius dalam berbisnis atau berwirausaha, karena anak ini mempunyai potensi multi talenta dalam berbagai lapangan kehidupan. Untuk itu Ibnu Syamsi mengajukan sejumlah konsep yang terdiri atas, menghasilkan gagasan yang memenangkan (inspirasi), menyesuaikan gagasan dengan aspirasi (tujuan), meneliti gagasan atau memeriksa kenyataan (pengetahuan), meyakinkan diri sendiri dan orang lain (rencana bisnis), mendanai yang baru didirikan dan bertumbuh (investasi), memilih nama untuk bisnis dan produk (merek), jalan ke pasar menghindari gang buntu (penjualan), memperkirakan biaya terutama waktu (laba), menghadapi yang tidak terduga (perpajakan), bisnis tetap jalan (arus kas), menghindari utang macet dan membayar pemasok  (tagihan), mengapa di mana dan bagaimana tidak (rumah), merekrut tanpa khawatir akan bercucuran air mata (sumber daya manusia), momentum dan keajaiban (motivasi), memimpin atau mendorong manajemen berbasis sasaran (kendali), meramalkan dan mengatasi hambatan yang tidak terduga (kejutan), orang yang mungkin membantu atau menghambat (bantuan), bekerja dan bersantai (keseimbangan), membantu diri sendiri dan orang lain (kegiatan kemanusiaan), serta menjual bisnis yang berhasil (exit). “Saya mengusulkan para pengusaha dalam masyarakat kita untuk mencoba mengadopsi model-model pemikiran supergenius ini. Mungkin ada yang cocok salah satu dari model ini untuk diaplikasikan dalam berusaha. Boleh juga dipelajari semua model berusaha para supergenius ini untuk menemukan model yang lebih sesuai” tutupnya. (Dedy)