Pendidikan vokasional sebagai bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja, atau pendidikan dunia kerja dituntut mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan tersebut. Hal tersebut selaras dengan peran dasar pendidikan yaitu untuk hidup dan mencari penghidupan. Indonesia sebagai negara yang menempatkan pendidikan vokasional sebagai salah satu instrumen kunci untuk mempersiapkan sumber daya manusia masa depan perlu mengembangkan sistem pendidikan vokasional yang modern dengan kolaborasi dunia kerja yang solid dan tata kelola yang sinergis. Pendidikan vokasional harus proaktif dalam memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan individu, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini dikatakan Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Pendidikan Teknik Mesin pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Wagiran.
Menurutnya pendidikan vokasional selalu hadir dalam setiap gerak pembangunan bangsa, bahkan dari sejarahnya pendidikan vokasional pertama hadir sebelum era kemerdekaan yaitu di penghujung abad 18. Sekolah kejuruan pertama tersebut adalah Sekolah Pertukangan Surabaya (Ambachts School van Soerabaia) yang berdiri pada tahun 1853 atau lebih dari satu abad yang lalu. “Selanjutnya pada jaman kemerdekaan terutama dekade 1970-an mulai dari Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I hingga akhir Pelita VI dan era reformasi peran pendidikan vokasional semakin berkembang” ujar Wagiran, Senin (21/8) di UNY. Konsep relevansi pendidikan dengan dunia kerja, keterkaitan dan kesepadanan (link and match), pendidikan berorientasi pasar kerja (demand-driven), kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan sistem ganda (dual system), broad-based education, multi entry-multi exit, life skills, sertifikasi, maupun pelatihan-antara (school to work) merupakan kebijakan-kebijakan populer yang mewarnai pengembangan pendidikan vokasional.
Dikatakan pria kelahiran Sleman, 27 Juni 1975 tersebut, pendidikan vokasional memiliki cakupan yang sangat luas dan rentangnya jauh melampaui batas-batas dinding persekolahan. “Pendidikan vokasional mencakup semua jenis pengalaman belajar yang membantu anak didik meniti tahap-tahap perkembangan vokasionalnya, mulai dari identifikasi, eksplorasi, orientasi, persiapan, pemilihan, dan pemantapan karir di dunia kerja” paparnya. Implementasinya tidak terbatas pada pendidikan dan pelatihan di sekolah atau kursus kejuruan. Pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja berlangsung sebelum, selama, dan sesudah anak didik berada di bangku persekolahan (education transcend schooling), dan seyogyanya disediakan untuk membantu semua anak didik mengembangkan kapasitasnya untuk berperan melalui peran dan fungsi di dunia kerja. Dengan demikian peran pendidikan vokasional secara komprehensif adalah pendidikan yang berorientasi kepada perkembangan dan dinamika dunia kerja (education for the world of work), pengkondisian masyarakat yang memungkinkan proses pemilihan (democratization) dengan informasi yang akurat, dan konfigurasi sistem pendidikan berkelanjutan (continuing education).
Doktor bidang Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan UNY tersebut menjabarkan, pendidikan kejuruan pada dasarnya menyiapkan peserta didik untuk hidup pada era perubahan teknologi yang cepat. Hal ini menuntut pendidikan kejuruan harus mengubah orientasi pendidikannya dengan tidak hanya melatih peserta didik menguasai suatu ketrampilan, tetapi lebih dari itu harus juga menyiapkan mereka untuk memiliki daya adaptasi yang baik, berkomitmen moral yang baik, mau hidup berdampingan dengan masyarakat multikultur dan sebagainya. “Transformasi visi pendidikan vokasional sebagai pendidikan keduniakerjaan harus terwujudkan dalam tataran kebijakan, program dan kegiatan agar diperoleh hasil yang diharapkan” katanya.
Warga Argomulyo Cangkringan Sleman tersebut mengemukakan, pendidikan vokasional sebagai pendidikan keduniakerjaan dihadapkan pada perubahan struktur ketenagakerjaan yang amat cepat dan disruptif. Cara pandang holistik menempatkan pendidikan vokasional sebagai pendidikan yang melayani tahap-tahap perkembangan vokasional, namun disisi yang lain juga tampil dengan karakteristiknya sebagai pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didiknya memasuki dunia kerja sesuai dengan tuntutan perubahan. Pendidikan vokasional sebagai proses humanisasi menempatkan peserta didik sebagai manusia paripurna yang harus dikembangkan secara utuh seluruh dimensi kemanusiaannya. Hal ini semakin mendapatkan konteks yang tepat seiring dengan kebutuhan sumberdaya manusia masa depan yang tidak hanya menuntut kemampuan dalam penguasaan bidang keahlian, namun juga harus menguasai kemampuan yang yang bersifat pengembangan diri, kepribadian, moral, dan etika.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono