Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar kegiatan penelitian sekaligus aksi konservasi di kawasan mangrove pesisir selatan Kulon Progo. Fokus utama mereka adalah pengolahan air berbasis keanekaragaman spesies akuatik yang ditemukan di ekosistem mangrove setempat.
Dalam kegiatan ini, para mahasiswa memetakan berbagai jenis biota perairan—mulai dari ikan kecil, kepiting, udang, hingga plankton—untuk mengetahui peran spesies tersebut dalam menjaga kualitas air. Dari hasil identifikasi awal, diketahui bahwa keberadaan spesies akuatik tertentu berfungsi sebagai indikator alami kualitas air, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai dasar teknologi ramah lingkungan untuk pengolahan air di kawasan pesisir.
“Kami melihat bahwa biodiversitas akuatik tidak hanya penting dari sisi ekologi, tetapi juga bisa menjadi landasan ilmiah dalam merancang sistem pengolahan air yang lebih berkelanjutan,” ujar Anto, salah satu koordinator mahasiswa, saat ditemui di lokasi kegiatan.
Metode yang dikembangkan mahasiswa UNY ini tidak hanya mencakup riset ilmiah, tetapi juga melibatkan masyarakat sekitar melalui sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan kawasan mangrove. Air hasil pengolahan ditujukan untuk kebutuhan non-konsumsi warga, seperti irigasi lahan pertanian pesisir dan pembibitan mangrove.
Dosen pembimbing kegiatan Rio Handzjko, M.Pd menambahkan bahwa riset ini menjadi contoh nyata bagaimana sains, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan berdampingan. “Mahasiswa tidak hanya belajar di laboratorium, tetapi juga turun langsung mengaplikasikan pengetahuan untuk solusi lingkungan,” ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat upaya konservasi mangrove sekaligus menghadirkan inovasi berbasis biodiversitas yang bisa menjadi model pengelolaan lingkungan di wilayah pesisir lain di Indonesia.