KENALKAN CERITA RAKYAT MELALUI FOLKLORE BRAILLE BOOK UNTUK ANAK TUNANETRA

Folklore Braille Book Untuk Anak Tunanetra

Tingkat literasi informasi pada anak-anak khususnya anak difabel dapat ditingkatkan salah satunya dengan gerakan literasi di sekolah. Gerakan literasi di sekolah dapat diwujudkan dengan pendekatan buku kepada siswa yang dilakukan oleh guru, serta harus diadakan evaluasi dalam pelaksanaannya. Selain itu, diperlukan adanya intervensi sekolah untuk mengembangkan berbagai kegiatan literasi sesuai kondisi dan kebutuhan. Salah satu sasaran tersebut adalah anak difabel tunanetra. Dari survey di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan buku braille sangat terbatas dan sulit untuk ditemukan, padahal keberadaannya bisa dikatakan sangat penting bagi para tunanetra. Bukan hanya buku tentang pengetahuan umum namun juga buku braille yang bertema cerita rakyat. Dari sini sekelompok mahasiswa UNY melihat peluang usaha yang berkaitan dengan pembuatan bahan literasi berupa buku cerita rakyat menggunakan huruf alfabet dan huruf braille bagi anak-anak pada umumnya serta anak-anak difabel khususnya tuna netra. Selain meningkatkan literasi informasi, buku ini juga mengenalkan cerita rakyat yang ada di Indonesia. Mereka adalah Hesti Wulandari dan Ayu Kurnia Utami prodi pendidikan akuntansi serta Nur ‘Afiifah Djauharoh prodi pendidikan luar biasa.

Menurut Hesti Wulandari mereka merancang buku untuk anak usia 4-10 tahun. “Buku ini merupakan solusi bagi para orang tua yang memiliki anak difabel, sekolah luar biasa, dan sekolah inklusi untuk meningkatkan literasi informasi anak-anak” kata Hesti. Adanya buku ini juga ikut serta dalam menambah literatur bagi penyandang disabilitas khususnya tuna netra, meningkatkan kepedulian pada penyandang disabilitas. Mereka memberi nama bukunya ‘Folebook’ yang merupakan akronim dari Folklore Braille Book. Ayu Kurnia Utami menambahkan, Folebook merupakan buku bertemakan cerita rakyat Indonesia yang dapat digunakan bagi penyandang tunanetra dan anak–anak pada umumnya. “Dalam Folebook terdapat dua jenis huruf dalam buku ini sisi kanan buku menggunakan huruf Alfabet dan sisi kiri menggunakan huruf braille” katanya. Buku ini berilustrasi timbul agar tuna netra tetap dapat membayangkan penggambaran di dalam cerita. Selain sebagai bahan literasi buku ini juga berfungsi sebagai media penanaman nilai karakter khususnya pada tuna netra melalui pesan moral dari cerita rakyat.

Nur ‘Afiifah Djauharoh menjelaskan alat yang digunakan dalam pembuatan Folebook adalah skeetchbook, aplikasi corel draw, pensil gambar, printer braille, penghapus, penjilid buku, penggaris dan alat pembungkusSedangkan bahan yang dibutuhkan adalah lem, kertas cover (karton jepang), kertas art cartoon untuk isi dan plastik pembungkus. “Selain itu juga ada cerita rakyat yang kami gunakan sebagai bahan, dalam hal ini kami memakai cerita rakyat Lembu Suro” ujarnya. Alasan memilih cerita rakyat Lembu Sura karena cerita rakyat ini mengajarkan pendidikan karakter tentang berpegang teguh pada janji. Sebab pada saat ini banyak fenomena ingkar janji karena diiming–imingi sesuatu yang lebih berharga. Langkah untuk membuatnya adalah meringkas cerita rakyat tersebut kemudian dibuat sketsanya. Kemudian gabungkan ilustrasi dan cerita menggunakan aplikasi corel draw kemudian filenya dieksport dan dicetak dengan printer braille. Hasil cetakan kemudian dijilid dan dicek kualitas produknya. Buku ini didesain dengan ukuran 27cm x 20cm yang dikemas dengan plastik bening agar tidak mudah rusak. Produk ini merupakan inovasi buku braille untuk anak tunanetra dan non-tunanetra.

Karya ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora tahun 2021 dan lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang akan dilaksanakan akhir Oktober secara daring. Ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)