Desa wisata merupakan salah satu bagian dari sektor pariwisata yang dikembangkan di Indonesia, dengan konsep integrasi antara atraksi-akomodasi-fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu sistem kehidupan masyarakat melalui sinergi tradisi yang berlaku di masyarakat tersebut. Salah satu desa yang punya potensi untuk pengembangan desa wisata yang mendukung kegiatan sustainable tourism adalah Desa Wisata Sriharjo di Kelurahan Sriharjo Kapanewon Imogiri Kabupaten Bantul. Desa ini juga memiliki daya dukung potensi Usaha Menengah dan Kecil Menengah (UMKM) bidang kuliner (jamu tradisional, peyek kacang, jajanan pasar), kerajinan bathok kelapa, kerajinan perak, dan event organizer (EO). Namun demikian, daya dukung potensi ini mengalami stagnansi pengembangan karena dampak pandemi Covid-19. Hal ini mendorong sejumlah dosen Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik (Fishipol) UNY yang terdiri dari Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd., Prof. Dr. Suranto, M.Pd., Dr. Nursida Arif, M.Sc., Kurnia Nur Fitriana, MPA dan Sutanto Tri Juni Putro, S.Si., M. Sc melakukan pendampingan dalam berbagai bidang.
Menurut Dyah Kumalasari pendampingan tersebut melalui skema kolaborasi pentahelix dengan menggandeng beberapa mitra. “Latar belakang kami membuat kegiatan ini karena adanya beberapa potensi ekonomi kreatif yang belum tergarap” katanya, Rabu (31/5). Kendala yang ditemui diantaranya keterbatasan sumber daya manusia dalam pengelolaan desa wisata, belum adaptifnya management event, juga pembangunan networking dan digital platform. Oleh karenanya tim membuat pendampingan dan mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui skema Kedaireka Matching Fund.
Nursida Arif mengatakan, salah satu hasil dari pendampingan ini adalah video virtual tour yang menjadi salah satu ajang promosi yang bisa dimanfaatkan oleh Desa Sriharjo. Publik atau calon wisatawan yang penasaran tentang desa wisata Sriharjo bisa melihat secara langsung gambaran dari desa wisata yang akan dikunjungi dan lokasi mana saja yang bisa tujuan wisata. Selain bermanfaat untuk Desa Sriharjo, video virtual tour ini juga memberikan manfaat untuk mitra Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) khususnya CS Holiday, yang dengan mudah untuk memasarkan Desa Sriharjo sebagai salah satu destinasi wisata yang baru. Selain itu, bagi ISI Surakarta sebagai mitra PT yang berkolaborasi dalam pembuatan video ini, juga bisa sebagai tempat praktik langsusng mahasiswa. Selain itu pembuatan video ini juga dijadikan sebagai program KKN mahasiswa ISI –Surakarta di Desa Sriharjo Kapanewon Imogiri Bantul Yogyakarta. Sedangkan untuk UNY sendiri sebagai peneliti penyelenggara tentu mendapatkan manfaat selain Desa Sriharjo sebagai salah satu desa binaan, video virtual tour ini juga bisa menjadi salah satu media pembelajaran bagi prodi Pendidikan Sejarah, Pendidikan Geografi, Komunikasi, Pendidikan IPS atau prodi lain yang ada di Fishipol UNY.
Selain video virtual tour, pendampingan ini menghasilkan empat E-Modul pelatihan dan video tutorial pelatihan dengan tema digital tourism, capacity building, management event, dan communitybased tourism. Dipaparkan Kurnia Nur Fitriana bahwa digital tourism menjadi sebuah pendekatan baru dalam mewujudkan sustainable tourism di era global society. Inovasi menjadi sebuah kebutuhan dalam pengembangan digital tourism dengan mengadopsi perubahan teknologi, ekonomi, sosial, legal dan lingkungan. Hadirnya digital tourism diharapkan mampu memberikan kemudahan akses bagi peminat wisata dan pelaku wisata berbasis platform digital khususnya dalam melakukan perjalanan wisata dan pemasaran produk wisata.
Sutanto Tri Juni Putro menambahkan pengembangan digital tourism harus diarahkan pada tren wisata dan kebutuhan pasar pariwisata lokal, nasional, maupun global. Kebutuhan pengembangan digital tourism ini dapat mengacu pada analisis kebutuhan sumber daya manusia di sektor pariwisata, kapasitas kelembagaan desa wisata, manajemen event, dan jaringan pasar. Penguatan ini dapat dilakukan melalui adopsi media promosi, digital branding, kolaborasi pentahelix, peningkatan keahlian dan keterampilan SDM. Selain itu, juga diperlukan penguatan SDM pelaku wisata berbasis destinasi wisata dan desa wisata, pengembangan infrastruktur penunjang wisata, dan konektivitas dengan stakeholders. Hal ini mengacu pada prinsip - prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan menerapkan pengelolaan destinasi pariwisata secara berkelanjutan (sustainability management), pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal (social-economy), pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung (sustainable culture), serta pelestarian lingkungan (environment sustainability).
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono