Mahasiswa profi pendidikan sosiologi FIS UNY Anugraheni Udhma mengikuti pelatihan integrasi gender dan perubahan iklim dalam aksi dan kebijakan dilingkungan di Yogyakarta belum lama ini. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 pelajar yang tergabung dari Forum Anak(FA) dan Pusat Informasi Konseling Remaja di Yogyakarta. Kegiatan ini sebagai rangkaian dari Pelatihan Integrasi Gender dan Perubahan Iklim dalam Aksi dan Kebijakan Lingkungan dalam rangka mewujudkan kebijakan perubahan iklim responsif gender, tapi sasaran kegiatan ini untuk anak-anak khususnya pelajar di Yogyakarta. Tujuannya agar anak-anak yang ada di Yogyakarta sadar akan perubahan iklim yang sedang terjadi. Selain itu, anak-anak diajak berpikir kritis tentang kegiatan- kegiatan yang sering dilakukan yang ternyata tidak ramah untuk iklim. Awal kegiatan dibuka dengan sambutan dilanjutkan dengan pemantik diskusi yang diberikan oleh kak Sana selaku ketua BEK SP Kinasih. Materi pemantik yang diberikan kak Sana simple, seperti apa yang dirasakan saat ini di Jogja, bagaimana kondisi iklim yang dirasakan anak-anak, hingga pernah tidak mengalami masalah kekeringan sebelumnya. Anak-anak yang ada di ruangan tersebut juga aktif menjawab dalam sesi ini. Ada yang merasa kepanasan, ada yang merasa aneh dengan pola iklim, ada yang merasa kekeringan, bahkan ada yang cerita bahwa ia sering belang kalau tidak menggunakan sunscreen/sunblock. Keresahan-keresahan yang diungkapkan oleh anak-anak disimpulkan oleh kak Sana lalu dijadikan bahan berkelompok dan berdiskusi "Lalu jika sudah begini, Yogyakarta itu tanggung jawab siapa?".
Kegiatan pelatihan ini memiliki 4 materi yang akan disampaikan berupa Pemaparan Hasil Riset Inisitif Aksi Perubahan Iklim Responsif Gender di Kota Yogyakarta, Pengetahuan tentang Perubahan Iklim dalam perspektif kebijakan dan program, Penguatan tentang kesetaraan gender, dan merancang Kota Impian Responsif Iklim dan Gender. Kegiatan hari pertama penyampaian materi pertama dan kedua dilanjutkan dengan diskusi. Lalu pada hari kedua dilanjutkan dengan penyampaian materi ketiga dan keempat, dilanjutkan diskusi terkait membangun kota yang ramah akan perubahan iklim responsif gender. Oleh karena itu, penting sekali diadakan penguatan pengetahuan dan kesadaran bagi kelompok rentan sebagai penerima dampak, dan ASN selaku pengambil kebijakan dalam bentuk pelatihan sehingga aksi dan kebijakan lingkungan yang ada tidak hanya relevan gender dan iklim tetapi juga ditujukan untuk memperkuat kesetaraan gender, dan sebagai upaya adaptasi serta mitigasi perubahan iklim di Kota Yogyakarta. (Sasiana Gilar)