Mahasiswa UNY Ciptakan Light Trap Insect, Solusi Ramah Lingkungan untuk Kendalikan Hama Pertanian

Tiga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan inovasi ramah lingkungan untuk membantu petani mengendalikan hama secara efektif tanpa bergantung pada pestisida kimia. Melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025 Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi, tim yang terdiri atas Ihsan Muchlis Amirudin, Afwa Naela Fauzia, dan Rose Pita Nur Afifah ini mengembangkan alat Light Trap Insect (LTI), yaitu perangkap hama otomatis bertenaga surya yang mendukung pertanian berkelanjutan.

Gagasan Light Trap Insect berangkat dari keresahan terhadap tingginya penggunaan pestisida di kalangan petani yang berdampak negatif terhadap kesehatan, kualitas hasil panen, dan keseimbangan ekosistem. “Kami ingin menghadirkan solusi sederhana, hemat energi, dan ramah lingkungan yang bisa langsung dimanfaatkan petani,” ujar ketua tim Ihsan Muchlis Amirudin, Rabu (12/11/25).

Light Trap Insect bekerja secara otomatis menggunakan panel surya sebagai sumber energi utama. Pada siang hari, alat ini mematikan lampu dan menyimpan daya dari sinar matahari, sementara pada malam hari lampu ultravioletnya menyala otomatis untuk menarik perhatian serangga malam seperti ngengat atau lalat kecil yang sering merusak tanaman. Serangga yang tertarik akan jatuh ke wadah berisi air sabun dan terperangkap. Air sabun tersebut diganti setiap hari untuk menjaga efektivitas alat.

Menurut Afwa Naela Fauzia, penggunaan LTI sangat menguntungkan bagi petani karena tidak memerlukan listrik, tahan air, dan bisa digunakan berulang kali dalam beberapa musim tanam. “Dengan mengganti metode penyemprotan pestisida menjadi penggunaan LTI, petani dapat menekan biaya operasional sekaligus mengurangi residu kimia pada tanaman,” jelasnya.

Sementara itu, Rose Pita Nur Afifah menambahkan bahwa Light Trap Insect sudah terdaftar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk desain produk dan mereknya. “Kami berharap alat ini bisa diproduksi massal agar manfaatnya lebih luas, terutama bagi petani yang masih mengandalkan cara konvensional,” ungkapnya.

Inovasi ini juga telah diuji coba bersama kelompok tani dan Dinas Pertanian Kulon Progo, dengan hasil yang menunjukkan penurunan signifikan populasi hama malam dan peningkatan produktivitas tanaman seperti bawang merah dan cabai. LTI terbukti efektif sejak masa tanam awal karena mampu menangkap indukan hama sebelum mereka bertelur, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal.

Selain mendukung produktivitas pertanian, inovasi ini juga berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 2 tentang Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan, serta poin 7 tentang Energi Bersih dan Terjangkau. LTI menjadi bentuk nyata pemanfaatan energi terbarukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menjaga kelestarian lingkungan.

Melalui P2MW UNY, para mahasiswa tidak hanya dilatih menjadi inovator muda, tetapi juga wirausahawan sosial yang mampu menciptakan nilai ekonomi sekaligus kebermanfaatan bagi masyarakat. “Inovasi mahasiswa seperti ini menunjukkan bahwa teknologi ramah lingkungan bisa menjadi solusi masa depan pertanian Indonesia,” ujar Dr. Yudan Hermawan dosen pembina kewirausahaan UNY.

Light Trap Insect menjadi bukti bahwa ide kreatif anak muda Indonesia mampu menjawab tantangan global di bidang ketahanan pangan dan lingkungan. Dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan, karya mahasiswa UNY ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus berinovasi demi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian bumi.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
Inovasi
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus