Usai sudah proses pemilihan rektor Universitas Negeri Yogyakarta. Selasa lalu (26/01) di auditorium UNY Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., AIFO., terpilih sebagai Rektor UNY periode 2021-2025. Keputusan itu hasil dari rapat senat tertutup bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili oleh Prof. Aris Junaidi, Ph.D., Direktur Belmawa Dirjen Dikti. Sumaryanto memperoleh 59 suara, menggeser telak kedua kandidat lain. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari suara menteri sebesar 35% dan senat 65%.
Sumaryanto berlatar belakang profesor bidang Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Sebagai rektor baru, Sumaryanto hendak menyinergikan “kesatuan karakter” dalam pengembangan UNY secara tritunggal antara nilai dasar, visi, dan misi. Nilai-nilai tersebut, menurutnya, terejawantah menjadi “orientasi jati diri” kampus yang selama ini telah dikenal sebaggai perguruan tinggi kependidikan terpandang berkelas dunia. Tentu saja kekhasan itu tak lantas menutup bagi UNY untuk ranah nonkependidikan.
“Pada akhirnya UNY menjadi universitas yang unggul dalam pengembangan bidang ilmu kependidikan dan nonkependidikan, tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar yang telah dibentuk,” jelas Sumaryanto.
Selain menerapkan nilai ketakwaan, kemandirian, kreativitas, kecendekiaan, dan inovasi, Sumaryanto berencana membangun UNY sebagai kampus yang kuat jati diri keindonesiaannya. Tekad ini ia sesuaikan dengan posisi UNY di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara kultural sudah mengakar nilai-nilai tradisinya. Keunggulan itulah yang kemudian oleh Sumaryanto didialogkan dengan spirit mengindonesia.
Menurut Sumaryanto, keunggulan itu berarti pengembangan UNY menjadi kampus kependidikan yang mempunyai daya saing global. Berdaya saing mempunyai arti adaptif terhadap segala perubahan tapi tetap berpijak pada kearifan lokal setempat. “Keunggulan tersebut dalam rangka meningkatkan harkat, martabat, dan peradaban manusia, masyarakat, dan bangsa berlandaskan ketakwaan, kemandirian, dan kecendekiaan,” ujarnya.
Membaca peluang di masa depan menjadi kunci Sumaryanto dalam menakhodai UNY. Ia telah menyiapkan enam skenario agar visi-misi dan sasaran strategis tersebut dapat tercapai. Pertama, Sumaryanto menitikberatkan pada penguatan sumber daya manusia sebagai modal elementer untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi. Kedua, membentuk atmosfer akademis dalam menyiapkan lulusan kampus yang sesuai kebutuhan zaman. Ia mengutamakan ranah pembentukan pola pikir (mindset) yang sesuai dengan Tridarma perguruan tinggi.
Pada tahun 2022, skenario ketiga berikutnya, menyasar pada peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Semua itu dimungkinkan melalui program kerja sama internasional. UNY akan terus melanjutkan dan memperluas koneksinya dengan perguruan tinggi lain di kancah internasional. Poin ini penting bagi keterbukaan kampus di level dunia.
Tanpa karya nyata, seorang akademisi dipertanyakan kredibilitas ilmunya. Maka dari itu, Sumaryanto pada tahun 2023 berupaya membangun ekosistem hasil pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat secara intensif serta ekstensif. Baik prestasi mahasiswa, publikasi ilmiah, dan hasil penelitian akan diorientasikan secara implementatif. Aras demikian memberikan bobot besar bagi dampak suatu karya terhadap masyarakat luas.
Sumaryanto menghela kuat wilayah hilirisasi tersebut sesuai kebutuhan banyak orang. Ia percaya karya akan bermanfaat bagi khalayak luas bila bernilai tepat guna. Mencapai prasyarat ini dibutuhkan analisis kebutuhan sekaligus kebernilaian sebuah karya. Kedua hal tersebut dicapai melalui kecakapan membaca peluang. Sumaryanto membasiskan ranah ini sesuai pepatah Jawa dari Serat Wulang Reh, yakni laku ing sasmita amrih lantip—orang berilmu haruslah mengasah kepekaan lahir dan batinnya.
Bila semua itu tertunaikan maksimal, maka skenario kelima pada tahun 2024, menurut Sumaryanto: mendapatkan pengakuan internasional (international recognition). Pengakuan itu hasil dari akumulasi prestasi atau karya yang sudah dihasilkan. Sumaryanto berharap ia akan memberikan reputasi di kancah dunia. Setidaknya ditandai oleh pemeringkatan dari lembaga prestisius.
Terakhir, skenario keenam, Sumaryanto menargetkan pada tahun 2025 visi UNY sebagai universitas berkelas dunia tercapai. Posisi ini bukan sebatas pengakuan luar, melainkan juga tercermin di dalam kualitas yang terstandardisasi. Agar semua skenario itu tertunaikan, Sumaryanto bekerja dalam pola gaya kepemimpinan demokratis.
Ia melambari tiap visi, misi, tujuan, hingga program kerja yang hendak dilakukan sebagai ide-ide berkelanjutan. Bagi Sumaryanto, sifat tersebut berjalan dinamis yang terbuka kemungkinan terhadap kondisi akademik, teknologi, maupun situasi sosiologis. “Semua itu berkembang begitu cepat dan kita harus menyesuaikan,” tandasnya. Di era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, Sumaryanto membuka peluang seluas-luasnya untuk kerja sama dan berpartisipasi aktif membangun UNY.
Sumaryanto percaya bahwa memajukan UNY haruslah dengan kebersamaan sekaligus bekerja secara kooperatif, kondusif, selaras, dan optimis. Sebagai nakhoda, Sumaryanto siap menggerakan dan bergerak bersama dengan seluruh elemen dan keluarga besar UNY, bersinergi menghadapi dan menaklukan gelombang, memegang erat kemudi, menuju tepian pantai, kejayaan dan keunggulan Universitas Negeri Yogyakarta.