Workshop Penyusunan Instructional Design Bagi Guru IPA Kabupaten Sleman

1
min read
A- A+
read

Peserta workshop

Tuntutan pendidikan abad 21 adalah mendorong peserta didik menguasai keterampilan yang berguna bagi mereka agar lebih responsif terhadap perubahan. Guru sebagai fasilitator pembelajaran harus tetap update mengikuti perkembangan zaman. Mendukung hal tersebut, tim dosen Departemen Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan Workshop Penyusunan Instructional Design berbasis Context yang diikuti oleh 30 perwakilan guru IPA dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA Kabupaten Sleman Korwil Timur pada Sabtu (29/7/2023) di SMP Negeri 1 Kalasan.

Kegiatan dibuka oleh Ketua Departemen Pendidikan IPA Prof Insih Wilujeng, M.Pd. Dalam sambutannya, Prof Insih menjelaskan pentingnya guru IPA untuk memahami dan meningkatan penguasaan Technological Pedagogic Content Knowledge (TPACK) dalam pembelajaran IPA. "Dalam era disrupsi ini, untuk bertahan setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan guru yaitu pertama memberikan solusi dengan peningkatan kompetensi, bersinergi dengan rekan sejawat dan komunitas dan meningkatkan spiritualitas," kata Prof Insih mengawali pemaparan tentang TPACK. Prof. Insih menyampaikan terdapat lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam menghadapi era disrupsi yaitu penguasaan TPACK, pemahaman Neuroscience, pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics (STEAM), orientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan kompetensi abad 21.

Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan selanjutnya oleh Purwanti Widhy Hastuti, M.Pd. terkait dengan Integrasi TPACK berbasis Context. Dalam paparannya, Widhy memulai dengan menyampaikan studi kasus penggunaan teknologi di kelas yang masih banyak tantangan di dalamnya, khususnya terkait kontrol guru dan penguasaan konten. "Dalam melakukan integrasi TPACK diperlukan desain pembelajaran yang bermakna dengan konteks pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan (context-based learning)" katanya. Context Based Learning dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata dan fenomena atau potensi lokal yang ada. Dengan mengangkat isu-isu yang dekat kehidupan sehari-hari, diharapkan peserta didik memiliki ketertarikan untuk dapat belajar dengan lebih mendalam. Tahapan Context Based Learning yaitu contacting (menghadirkan konteks), planning (mendiskusikan dan merancang penyelesaian masalah), developing (mengembangkan penyelidikan), extending (memperluas informasi terkait konteks lain), dan evaluating (mengevaluasi).

Kolaborasi antara guru dan dosen LPTK dalam bidang pendidikan tentunya akan menguntungkan kedua belah pihak. Dosen LPTK akan mendapatkan informasi secara langsung tentang apa yang sedang terjadi di dunia pendidikan tingkat sekolah, sehingga, dosen dapat lebih memahami apa yang dibutuhkan para lulusan untuk menjadi guru profesional. Disamping itu, para guru akan dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik untuk mendukung peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Ketua MGMP Kabupaten Sleman Siti Rochmah Nurwati menyambut baik dan berharap kegiatan serupa dapat diagendakan secara berkelanjutan, tidak hanya untuk MGMP IPA Sleman Timur, melainkan bisa berkeliling ke seluruh cakupan wilayah MGMP IPA Kabupaten Sleman.

Penulis: Tyas

Editor: Dedy

IKU 3. Dosen Berkegiatan di Luar Kampus