Untuk meningkatkan literasi sekolah sekaligus memperkuat program Profil Pelajar Pancasila, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan pelatihan menulis cerpen untuk para guru. Pelatihan ini bekerjasama dengan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Daerah Istimewa Yogyakarta. “Program pelatihan ini sebenarnya merupakan bagian dari P5 atau Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui sastra” ungkap Dr. Else Liliani, M.Hum.
Upaya untuk mendukung P5 tersebut dilakukan melalui pelatihan menulis bagi guru, terutama dalam jaringan sekolah Islam terpadu se-Yogyakarta. Melalui pelatihan ini diharapkan para guru memiliki kemampuan menulis sastra yang baik. Pelatihan diselenggarakan secara bauran (blanded), antara pembelajaran secara daring dengan luring. Selama tiga bulan, sejak Juni hingga Agustus 2024, para guru dibekali untuk menulis cerita pendek, baik melalui desain workshop kepenulisan maupun klinik kepenulisan.
“Kami sangat bersyukur bisa bekerjasama dengan UNY untuk meningkatkan kompetensi literasi guru-guru kami, terutama dalam hal menulis sastra,” kata Achsanul Fuadi, selaku Ketua JSIT Wilayah DI Yogyakarta. Menurutnya, program pelatihan ini akan memperkuat proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila di sekolah-sekolah Islam Terpadu di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebanyak tujuh puluh lima orang guru mengikuti pelatihan yang dipandu dosen-dosen dari Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya (FBSB) Universitas Negeri Yogyakarta. Para pembicara dan instruktur yang terlibat dalam pelatihan ini, antara lain Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, Dr. Else Liliani, M.Hum., Kusmarwanti, M.Pd., M.A., dan Dwi Budiyanto, M.Hum. Selain sebagai akademisi yang menguasai bidang sastra, mereka adalah sastrawan dan penulis yang selama ini fokus meningkatkan daya literasi guru dan pelajar di berbagai sekolah melalui program-program kepenulisan sastra.
Produk akhir dari program pelatihan ini adalah antologi karya sastra yang ditulis oleh peserta pelatihan. Selama tiga bulan mengikuti pelatihan, para peserta mendapat bimbingan intensif secara daring dalam tutorial penulisan cerita pendek. “Ini pelatihan yang kami butuhkan,” ungkap Umi Rodiyah, S.Pd., guru SMAIT Abu Bakar Yogyakarta, “Kami tidak sekadar diberi materi, tetapi juga mendapat bimbingan intensif sehingga mengetahui kekuatan dan kekurangan tulisan kami”.