R. Bagaskara Manjer Kawuryan nempak luwes memainkan wayang kulit. Suaranya menggema mantap ke seluruh ruang mengiringi solah (tempo permainan), elemen instrumen musik dan cepengan (memegang/menggerakkan wayang) dengan mengesankan layaknya dalang profesional. Jangan salah, Bagaskara adalah siswa kelas 2 sekolah dasar Olifant School yang ikut dalam Festival Dalang Cilik UNY yang digelar 15-19 Mei 2023. Bagaskara tertarik dengan dunia wayang sejak usia 5 tahun. Putra pasangan Sulaksono dan Melianti itu pada awalnya menemukan wayang di gudang dan mulai menyukai wayang kulit. “Kemana-mana wayang kulit itu pasti dibawa” kata Melianti. Pernah melakukan pentas di sanggar dan di salah satu mall pada saat masih berusia sangat muda, bahkan belum bisa membaca dan menulis. Sebagai orang tua selalu mengakomodasi keinginan anak sehingga apa kebutuhannya akan didukung. “Ini bukan paksaan dari orang tua namun memang interest dari anak yang suka akan budaya” ujar Sulaksono. Bagaskara juga seorang penari tarian klasik.
Warga Perum Banteng 3, Condongcatur, Sleman itu berlatih di Sanggar Nguri Budaya Bantul pimpinan Slamet Sutopo. Di saat teman-temannya memegang gadget yang merupakan benda wajib, Bagaskara memilih wayang sebagai hal yang menyenangkan. Sukadi menjelaskan bahwa awal mulanya dia mendidik Bagaskara untuk cinta pada wayang dengan metode membiarkan anak bermain dulu. “Setelah bisa main baru diarahkan pada dodogan, suluk, baru masuk ke naskah” papar Slamet Sutopo. Hasilnya anak didik sanggup dan berani tampil mendalang di depan masyarakat.
Menurut ketua panitia festival dalang cilik UNY Sukisno, dalang memang salah satu profesi yang terhitung sulit di dunia seni. Sebab dalam waktu bersamaan seorang dalang harus bisa memecah dirinya menjadi beberapa kegiatan, misalnya kaki menjejak keprak, tangan bermain wayang, mulutnya menyuarakan antawacan dialog lalu telinganya mendengarkan iringan gamelan. “Itu sangat sulit dan kompleks, bila tidak bisa fokus maka dalang tidak bisa menampilkan permainan yang indah dan harmoni untuk ditonton” katanya. Sukisno berharap para dalang cilik ini bisa ngurubke dan ngirabke kebudayaannya sendiri.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono