Kebutuhan pendidikan berpusat pada siswa mendorong guru untuk terus meningkatkan kompetensinya. Guru perlu mengupdate sumber belajar terus menerus agar sesuai dengan perubahan masyarakat yang terjadi, sekaligus mendorong pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan lingkungan belajar siswa. Hal tersebut yang mendorong Tim PPM Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Neheri Yogyakarta (FIS UNY) untuk mengembangkan bahan ajar berbasis lokalitas daerah berkolaborasi dengan guru sosiologi se-Kulon Progo.
Menurut Hendra Miftah, Ketua MGMP Sosiologi Kulon Progo, kolaborasi ini merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya, dimana tim PPM Pendidikan Sosiologi FIS UNY juga telah mendampingi guru Sosiologi untuk menghasilkan produk bahan ajar yang telah diterbitkan.
Pengembangan bahan ajar ini dilakukan dengan pelatihan dan pendampingan, melibatkan guru sosiologi secara aktif dalam mengembangkan bahan ajar yang dilakukan secara bertahap sehingga bahan ajar tersebut benar-benar selesai dan dapat dimanfaatkan untuk buku ajar pendamping dengan menonjolkan lokalitas daerah. Belajar dengan mengenal potensi lingkungan sebagai sumber belajar menjadi hal yang menarik sehingga akan dapat menumbuhkan rasa kecintaan pada daerahnya.
Koordinator tim PPM, Grendi Hendrastomo, menjelaskan bahwa bahan ajar yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan peserta didik dan lingkungan setempat dengan keanekaragaman sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik mampu lebih memahami dan mengerti tentang keilmuan sosiologi sehingga dapat meningkatkan sikap dan perilaku positif peserta didik.
Tahapan pelatihan dirancang dengan berfokus pada peningkatan kompetensi guru yaitu dengan melakukan identifikasi karakteristik peserta didik, telaah KI dan KD, potensi sumber belajar sesuai lingkungan, pendalaman materi, penyusunan bahan ajar, mempublikasikan bahan ajar serta evaluasi kegiatan. “Tahun ini kami berharap dapat kembali menghasilkan bahan ajar terutama untuk kelas XI sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah” jelas Hendra. (Eko)