MAHASISWA UNY CIPTAKAN SENSOR SEPATU PINTAR UNTUK TUNANETRA

MAHASISWA UNY CIPTAKAN SENSOR SEPATU PINTAR UNTUK TUNANETRA

Penyandang tunanetra memiliki keterbatasan pandangan untuk beraktivitas oleh karena itu mereka membutuhkan alat bantu. Ada banyak sistem mobilitas bagi penyandang tunanetra, misalnya pendamping awas, tongkat, anjing penuntun, serta alat elektronik. Keterampilan berjalan dengan bantuan atau pendamping orang biasa dikenal dengan human guide atau sighted guide. Saat ini sering kita jumpai bahwa para tunanetra menggunakan tongkat untuk memudahkan mereka dalam perjalanan mandiri. Sekelompok mahasiswa UNY merancang sebuah alat bantu bagi penderita tunanetra dengan menciptakan sensor untuk sepatu pintar.

Mereka adalah Agas Siwi Jalu Pamungkas dan Vicy Azizah Malihah prodi teknologi pendidikan serta Damar Triyana prodi pendidikan teknik mekatronika. Menurut Agas Siwi Jalu Pamungkas pembuatan sepatu khusus tunanetra yang dibuat berdasarkan peristiwa yang terjadi dimana seseorang penyandang tunanetra kesulitan dalam melakukan aktivitasnya, kemudian sepatu tersebut diharapkan dapat membantu aktivitas seseorang penyandang tunanetra. “Sepatu pintar ini untuk menggantikan fungsi tongkat sebagai alat bantu seorang penyandang tunanetra berjalan” kata Agas. Dengan menanamkan beberapa sensor untuk mendeteksi benda dan lubang di depannya. Apabila seseorang menggunakan sepatu pintar ini, jika di depan pengguna sepatu terdapat benda dan lubang dengan jarak 30-40cm akan memberikan tanda getar sehingga pengguna dapat menghindari hambatan di depannya. Vicy Azizah Malihah menambahkan sepatu ini merupakan sebuah produk inovasi dari sepatu pintar bagi tunanetra. Inovasi ini lebih menekankan pada sensor yang portable, yaitu dapat dipindah diberbagai jenis sepatu. Jenis sensor yang digunakan adalah sensor ultrasonik. Hal ini berdasarkan pada sepatu-sepatu pintar bagi tunanetra yang sudah ada, tetapi terbatas hanya pada sepatu yang didesain. Dengan adanya sensor portable ini dapat digunakan pada berbagai model sepatu dan diharapkan dapat lebih meningkatkan efektivitas bagi tunanetra.

Menurut Damar Triyana, langkah penciptaan sensor untuk sepatu pintar ini dimulai dari studi literatur terkait produk sepatu pintar yang telah ada sebelumnya. “Dari produk yang telah ada, dianalisis kekurangan dan kelebihannya kemudian melakukan analisis kebutuhan kepada calon pengguna, yaitu dengan wawancara kepada beberapa siswa tunanetra” kata Damar. Selanjutnya masuk tahapan perancangan desain sepatu, mendata kebutuhan komponen yang diperlukan, merancang desain pelaporan dan menyusun instrumen assessment. Selanjutnya melakukan perancangan prototype. Tahapan perancangan pertama adalah membuat program pada sensor yang akan dipasang pada sepatu kemudian dikombinasikan dengan arduino uno dan komponen lain. Kemudian masuk tahap pengembangan dengan menambahkan motor getar yang berfungsi memberikan stimulus berupa getaran kepada pengguna sepatu saat terdeksi mengalami hambatan dalam perjalanan. Tahap selanjutnya adalah melakukan finishing product, yakni berupa peletakan sensor, baterai, motor getar serta saklar. Tahap selanjutnya adalah melakukan validasi media atau produk, uji coba produk, serta revisi produk. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian tahun 2019. (Dedy)