NYEPI, KEBANGKITAN HIDUP TRI HITA KARANA

Perayaan Hari Raya Nyepi merupakan momentum yang tepat dalam melakukan perubahan dan perbaikan perilaku kebiasaan-kebiasaan hidup bagi seluruh umat Hindu. Ritual Melasti, Tawur Kesanga, Brata Penyepian, Ngembak Geni dilaksanakan sebagai wujud religiusitas umat Hindu dalam menjalankan ibadah agama. Sebagai perwujudan religiusitas, semua ritual Perayaan Hari Raya Nyepi harus menggambarkan dan menegaskan adanya spirit hidup yang mencerahkan umatnya. Spirit hidup yang mencerahkan itu adalah kesadaran dalam melakukanperubahan perilaku dan kebiasaan hidup mentradisi sebagai makhluk Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana artinya tiga (tri) penyebab (karana) kedamaian hidup (hita). Tiga penyebab kedamaian hidup tersebut adalah (1). Keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan yang disebut Prahyangan; Keseimbangan dan keharmonisan hidup antar sesama atau Pawongan. Keseimbangan dan keharmonisan hidup antara manusia dengan lingkungan alam yang disebut Palemahan. Kesadaran hidup sebagai makhluk Tri Hita Karana diwujudkan sebagai kesadaran hidup yang berpegang pada keseimbangan dan keharmonisan hidup yang senantiasa sadar akan adanya sang Jiwa dalam setiap diri manusia, sadar akan adanya raga, sadar akan daya hidup (prana) dalam setiap diri manusia. Keseimbangan dan keharmonisan hidup pada ketiga aspek tersebut merupakan sumbernya kebahagiaan.

Prahyangan dalam diri pribadi manusia adalah jiwa manusia itu sendiri. Jiwa atau atman itu merupakan inti kehidupan, spirit hidup, sebagai kekuatan spiritual sejati, pembangun kesadaran utama (who am I) serta tat twam asi. Melalui Perayaan Hari Raya Nyepi umat Hindu belajar terus mengenai dirinya bahwa ia memiliki software/atman yang berpengaruh besar bagi kehidupannya. Perlu kesadaran bahwa jenazah itu adalah manusia kaku yang tidak bernyawa lagi. Jenazah itu adalah manusia yang atmannya sudah tidak menempati raganya. Melalui Perayaan Hari Raya Nyepi umat Hindu belajar menjadi manusia yang tidak berperilaku kaku dalam menjalankan hidup. Manusia-manusia kaku tidak ada bedanya dengan jenazah yang segera membusuk dan tidak ada guna atau manfaat lagi. Kesadaran hidup dengan adanya jiwa/atman dalam setiap diri makhluk hidup sama artinya dengan kesadaran Tuhan. Kesadaran jiwa/atman yang kuat akan menumbuhkan pola pikir dan sikap hidup disiplin melaksanakan ibadah, puja bakti, sembahyang, berdoa sehari-hari sehingga menguatkan keimanan/sradha, ketaqwaan/bakti, budsaya melayani, kebersamaan, saling menghormati, berbudaya kerja, berbudaya belajar, menghilangkan egoisme. Kesadaran jiwa/atman yang kuat mengubah sifat eksklusif menjadi integratif, kekuatan moral dan keteguhan mental serta cermat dalam bertindak. Selanjutnya akan terjadi peningkatan pengitegrasian pola pikir dan sikap hidup berniat baik berbuat baik, kreatif, inovatif, produktif, demokratis, terbuka dan tetap mengakar pada budaya sendiri, selalu mencipta hal-hal yang patut dicipta, memelihara hal-hal yang masih relevan , meniadakan hal-hal yang sudah tidak relevan.

Pawongan dalam diri pribadi manusia adalah data hidup (prana) yang terdiri dari tiga yaitu Sabda, Bayu, Idep (SBI). Keseimbangan dan keharmonisan di antara sabda, bayu, idep akan melahirkan kekuatan dalam kehidupan manusia. Sabda adalah kekuatan manusia dalam membangun komunikasi, membangun interaksi, membangun jaringan/networking, membangun hubungan baik dengan orang lain. Kekuatan diplomasi terbukti memberi manfaat yang besar dalam menyelesaikan masalah. Kekuatan diplomasi terbukti lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan kekuatan lainnya seperti kekuatan militer. Kekuatan sabda terkait dengan kekuatan idep yakni kekuatan dan kemampuan berpikir kreatif, kritis, sistemik, divergen, konvergen, deduktif-induktif, nalar, ilmiah. Bayu adalah kemampuan atau daya hidup untuk bergerak atau beraktivitas. Pikiran baik menjadi bermakna jika ditindaklanjuti dengan tindakan dan ucapan yang baik.

Kelima indria manusia itu (mata, telinga, hidung, lidah, kulit) halus sistim kerjanya dibandingkan komponen badan lainnya. Lebih halus dari indria adalah pikiran itu sendiri. Perayaan Nyepi melatih kehalusan pikiran manusia dalam memanfaatkan kelima indria manusia sebagai sensor masuknya pengetahuan. Sedari awal anak diajari menyerap dan menangkap pengetahuan objektif dengan menajamkan pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Berlatih menjadi pendengar, pengamat, perasa yang baik. Kekuatan berpikir manusia melalui pendidikan diarahkan kepada pengembangan pencapaian praksis pendidikan saat ini yakni problem solving dan higher-order-thinking yang menekankan skill critical thinking, creativity, communication, collaboration dan celebration.

 

Dr. Putu Panji Sudira, MP

Dosen PTK-PPs UNY

Dimuat di Rubrik Opini Kedaulatan Rakyat, Jumat 20 Maret 2015

Dr. Putu Panji Sudira, MP
Dr. Putu Panji Sudira, MP