Upaya menciptakan pertanian berkelanjutan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan kembali digalakkan melalui Workshop Fermentasi Limbah Ternak Menjadi Pupuk Organik yang digelar oleh tim KKNM 24036 UNY di Dusun Kajor Kulon, Selopamioro, Imogiri, Bantul. Kegiatan ini menghadirkan narasumber berpengalaman, Abdul Rohman, alumni pelatihan Integrated Organic Manure/Management (IOM) yang telah mempraktikkan teknologi fermentasi pupuk organik dari kotoran sapi sejak tahun 2010.
Dalam paparannya, Abdul Rohman menekankan pentingnya mengelola limbah ternak secara bijak agar tidak menjadi sumber pencemaran. “Kotoran sapi itu sebenarnya bukan sampah, tapi sumber daya. Kalau diolah dengan benar melalui fermentasi, hasilnya bisa menjadi pupuk organik bernilai tinggi yang menyuburkan tanah sekaligus menjaga lingkungan,” ujarnya, Kamis (6/11/25).
Menurutnya, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada limbah ternak dapat memperkaya unsur hara tanah. Namun tanpa pengolahan, zat-zat tersebut justru mencemari air dan udara. Karena itu, proses fermentasi menjadi solusi tepat: ramah lingkungan, bernilai ekonomi, dan mudah diterapkan masyarakat desa.
Pada sesi praktik, peserta diajak membuat pupuk organik dari kotoran sapi kering yang dicampur dengan bekatul, dolomit, tetes tebu, dan aktivator mikroorganisme (EM4). Campuran tersebut kemudian disemprot dan ditutup rapat menggunakan plastik UV selama tiga minggu hingga menghasilkan pupuk padat yang tidak berbau dan kaya unsur hara. Proses sederhana ini membuat peserta antusias karena dapat langsung diterapkan di rumah atau lahan pertanian mereka.
“Selain mengurangi bau dan limbah di sekitar kandang, hasil fermentasi juga meningkatkan mikroba baik seperti Bacillus dan Lactobacillus yang mempercepat kesuburan tanah,” tambah Abdul Rohman. Ia juga berbagi kisah keberhasilannya memanfaatkan pupuk organik hasil fermentasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan menekan biaya produksi pertanian di desanya.
Workshop tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan teknis, tetapi juga membangun kesadaran lingkungan. Peserta diajak memahami bahwa pengelolaan limbah ternak merupakan langkah nyata menuju pembangunan berkelanjutan. Dengan mengubah limbah menjadi produk bermanfaat, masyarakat berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) serta SDG 15 (Kehidupan di Darat).
Ketua KKNM 24036 UNY Kajor Kulon, Burhanuddin Nur Latif, mengungkapkan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemantik inovasi warga dalam memanfaatkan sumber daya lokal. “Fermentasi limbah ternak bukan sekadar solusi lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat pedesaan. Kita belajar dari pengalaman Pak Abdul bahwa kotoran ternak bisa menjadi emas hijau jika diolah dengan ilmu,” ujarnya.
Adapun kegiatan ini melibatkan seluruh anggota tim KKNM 24036 UNY yang terdiri atas Muhammad Ikhsan Kurniawan, Raka Sholeh Arif Firmanda, Laila Fitriyani, Arina Fitri Amalana, Fiya Khumairotun Nasifah, Erlina Fatmawati, Hastri Hermala Yukti, dan Bunga Pelangi Agustin. Melalui kerja sama mereka, workshop ini menjadi bukti nyata bahwa semangat mahasiswa dapat membawa perubahan positif dari tingkat desa — dari kandang sapi hingga kebun yang lebih subur dan bumi yang lebih lestari.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari Dukuh Kajor Kulon, Juari, S.Pd.I, yang menilai kegiatan mahasiswa UNY ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat. “Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa UNY yang telah berbagi pengetahuan dan praktik langsung kepada warga. Program seperti ini sangat bermanfaat karena membantu warga mengelola limbah ternak yang selama ini hanya menumpuk menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi,” ungkapnya.
English