PENGELOLAAN KELAS TK SEBAGAI PERSIAPAN MASUK SD

1
min read
A- A+
read

Taman Kanak-kanak (TK) kelompok B terdiri dari anak yang berusia 5-6 tahun. Pada usia tersebut merupakan masa sensitif dalam menerima berbagai rangsangan. Pada usia 4- 8 tahun anak mengalami pertumbuhan sel jaringan otak sebesar 80%. Oleh karenanya, masa sensitif ini adalah masa yang tepat untuk memberikan berbagai rangsangan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani, agar anak memiliki kesiapan belajar dalam memasuki pendidikan selanjutnya, yaitu Sekolah Dasar. Untuk itu kesiapan belajar anak penting untuk disiapkan sejak usia Taman Kanak-kanak, dan agar mencapai pembelajaran yang efektif, perlu upaya untuk menciptakan dan mengelola kelas yang menyenangkan bagi anak dalam melakukan berbagai aktivitas pembelajaran. Inilah yang menjadi fokus penelitian mahasiswa program studi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yaitu Dian Utami, Anggi Prahastuti dan Khodijah. Mereka meneliti metode pengelolaan kelas di TK kelompok B sebagai persiapan melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar.

Menurut Dian Utami, anak dikatakan siap belajar di tingkat sekolah dasar dapat dilihat dari kematangan biologis anak sesuai umurnya. ”Selain kematangan biologis, kematangan sosial emosional juga sangat penting dimiliki anak” papar Dian. Hal yang menjadi pertanyaan utama untuk anak adalah bagaimana kondisi mereka saat hari pertama masuk sekolah dasar. Sebagian anak ada yang menangis karena khawatir ditinggal orangtua, dan sebagian lain merasa tenang. Anak yang sebelumnya menempuh pendidikan di TK cenderung mempunyai rasa percaya diri yang matang. Adanya teman sebaya yang juga bersekolah di SD yang sama juga membantu peningkatan rasa percaya diri anak. Inilah pentingnya peran TK dalam mempersiapkan anak menuju SD.

Anggi Prahatuti mengatakan pembelajaran di TK kelompok B, dengan usia 5-6 tahun, lebih menyiapkan anak untuk siap memasuki sekolah dasar. Sedangkan pembelajaran di usia 4-5 tahun (TK A) difokuskan pada pengenalan. Pada usia 5-6 tahun anak sedikit demi sedikit mulai diajari pengaplikasiannya. “Proporsi pengajaran dan tujuan pembelajaran di TK dan SD berbeda” katanya. Pembelajaran di TK merupakan persiapan anak dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Di dalamnya berisi pembiasaan, pembelajaran life skill dan process skill. Pembelajaran di SD kelas awal (kelas 1-3) lebih bersifat akademis dan membutuhkan konsentrasi lebih lama dalam menghadapi pelajaran yang lebih kompleks pula. Esensi pembelajaran di kelas rendah adalah pembelajaran konkret. Proses pembelajaran tidak sekedar menghafal konsep atau fakta, tetapi harus menghubungkan konsep sehingga menjadi pemahaman yang utuh.

Khodijah menjelaskan bahwa kegiatan ini dilaksanakan di TK Pedagogia Yogyakarta. Berdasarkan observasi yang dilakukan di TK Pedagogia ada beberapa syarat dan ketentuan anak TK Kelompok B dinyatakan lulus dan siap untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Anak kelompok B dinyatakan lulus  jika sudah memenuhi seluruh aspek perkembangan yang tercantum dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA). Diantara seluruh aspek perkembangan yang terdapat di STPPA, TK Pedagogia lebih menekankan pada satu aspek perkembangan yaitu aspek perkembangan sosial emosional. Disamping itu anak juga harus memiliki sikap mandiri, disiplin dan percaya diri karena hal tersebut akan memudahkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Siswa kelompok B TK Pedagogia lulus tidak harus bisa calistung. Karena dari pihak sekolah tidak mewajibkan siswanya untuk bisa calistung, guru hanya menstimulasi anak dengan mengenalkan huruf dan angka. “Kesimpulan yang bisa diambil dalam faktor pendukung pengelolaan kelas antara lain, anak mudah diberi pengarahan, suasana sekolah yang menunjang pembelajaran, sarana prasarana yang mendukung pengelolaan kelas serta adanya partner untuk berbagi tugas” tutup Khodijah. Penelitian ini berhasil meraih dana dari Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. (Dedy)