PENGALAMAN PPL LUAR NEGERI DAN TRANSFER KREDIT MAHASISWA FMIPA UNY

PENGALAMAN PPL LUAR NEGERI DAN TRANSFER KREDIT MAHASISWA FMIPA UNY

Monica Anselia Shinta Sulistyo (Pendidikan Matematika) dan Andyta Ma’rifatul Usnia (Pendidikan IPA) merupakan 2 dari 98 peserta Yudisium FMIPA UNY periode  Juni 2019 yang digelar Senin 1/9/19 dikampus setempat. Semasa kuliah Monica dan Andyta pernah mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di luar negeri.

Seusai acara Monica, peraih IPK tertinggi yaitu 3,88 menceritakan pernah PPL di SMK Tunku Abdul Rahman Putra, Kulai, Malaysia. Disana Monica mengajar kelas 10 dan 11 mata pelajaran Matematika dan Bahasa Jawa, untuk memperkenalkan Bahasa Jawa disana.

“Selama mengajar sekitar sebulan disana ada hal yang mengagetkan yaitu anak-anak disana suka sekali dan hafal lagu dangdut Indonesia yang sedang hit saat itu yaitu ‘Kangen’,” lanjut gadis kelahiran Bandar Lampung ini.

Selain PPL, Monica juga pernah mengikuti program transfer kredit di Khon Kaen University, Thailand selama satu semester. Monica mengungkapkan bahwa pembelajaran disana lebih banyak menggunakan bahasa Tagalog daripada Bahasa Inggris.

“Saya bertanya kepada dosen dan  teman mahasiswa disana yang bisa berbahasa Inggris dalam belajar dan mengerjakan tugas. Untuk pembelajaran disana setiap setengah semester setelah teori dilanjutkan dengan praktikum,” lanjut Monica yang bercita-cita kuliah S2 di luar negeri ini.

Sementara itu, Andyta Ma’rifatul Usnia atau yang sering dipanggil Andyta pernah PPL ke Filipina selama sebulan. Di Benguet state university secondary laboratory school tersebut Andyta mengajar sains di kelas 9 menggunakan Bahasa Inggris.

“Untuk pelajaran Matematika dan IPA, pembelajaran sudah dalam bahasa Inggris sedangkan yang lainnya menggunakan Bahasa tagalog,” katanya.

Andyta menjelaskan kalau disana  dia tinggal bersama 10 orang dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Disana mereka tidur di asrama Benguet State University yang memang satu lingkungan dengan tempat dia mengajar.

“Kendala yang saya rasakan adalah soal makanan. Susah mencari makanan halal disana, jadi harus bisa memasak sendiri. Selain itu karena mengajar di daerah pegunungan yang suhunya dingin sekitar 15°C dan sering terjadi badai dan hujan, maka jika prakiraan cuaca akan ada badai maka sekolah diliburkan dan diisi dengan acara pertukaran budaya dikampus,” ungkapnya.

Andyta menambahkan, karena dingin dalam mengajar dia sering memakai jaket. Begitu juga dengan siswanya memakai jaket dobel. Bahkan para siswa ke sekolah selalu membawa payung dan sepatu boot karena hampir setiap hari turun hujan. (witono)