MENUJU PERLUASAN PENDIDIKAN GURU SAINS UNTUK PENDIDIKAN PERUBAHAN IKLIM DI ASIA

MENUJU PERLUASAN PENDIDIKAN GURU SAINS UNTUK PENDIDIKAN PERUBAHAN IKLIM DI ASIA

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan , yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) - target 4.7, adalah bidang pendidikan baru yang mengejar dan mengadvokasi keberlanjutan kehidupan dan masyarakat di bumi. Perubahan iklim berada dijantung tema Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Ini terkait erat dengan hampir semua tema Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, misalnya, energi terbarukan, keanekaragaman hayati, pengurangan risiko bencana, konsumsi dan produksi berkelanjutan, kemiskinan, perdamaian, dan pemahaman internasional.

Akibatnya, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) (2016) telah mendesak untuk “Aksi untuk Pemberdayaan Iklim ,” menyediakan pendekatan bertahap yang fleksibel untuk strategi dan pelaksanaan kegiatan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan secara sistematis di tingkat nasional. Mereka menekankan bahwa dalam proses pengembangan strategi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan nasional, perhatian khusus harus diberikan pada partisipasi pemangku kepentingan.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Hiroki Fujii, Ph.D., dari Okayama University, Jepang,  pada acara International Conference on Science Education#3 (ICoSEd#3) 2021 yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan IPA FMIPA UNY bekerjasama dengan Perkumpulan Pendidik IPA Indonesia (PPII). Seminar dengan tema Educational Sustainable Development 2030: The Impacts, Challenges, and Strategies in Science Education diselenggarakan secara daring pada Sabtu (6/11/21). Pembicara lain pada seminar tersebut yaitu Prof. Alipasa Ayas, Ph.D., dari Bilkent University Turkey, Assoc Prof. Gilian Kidman dari Monas University Australia, serta Prof. Dr. Phil. Ari Widodo dari UPI Bandung.

Lebih lanjut Prof. Hiroki Fujii menjelaskan, UNESCO (2017) telah mengusulkan tujuan pembelajaran untuk mencapai SDGs. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan tingkat sekolah (atau tingkat perkembangan pelajar) dan mata pelajaran serta bidang pembelajaran dimana kita akan menerapkan praktik sesuai dengan tujuan pembelajaran SDGs 13  “Tindakan iklim: Ambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.”

Secara global, upaya lanjutan dalam pendidikan perubahan iklim  telah dikembangkan oleh Sekolah Terkait UNESCO. Salah satunya adalah proyek jaringan sekolah di seluruh dunia yang berjudul “Getting Climate-Ready.” Upaya ini memperkenalkan pendekatan seluruh sekolah untuk aksi iklim (misalnya, UNESCO, 2016; Sustainability and Education Policy Network, 2018). Hasil dari proyek ini melibatkan identifikasi praktik yang baik dan akumulasi kasus di setiap negara.

Sementara itu, Prof Gillian Kidman memaparkan tentang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan.  Beliau menjelaskan perubahan iklim, pengurangan sumber daya alam, penyakit dan kemiskinan adalah beberapa masalah terpenting yang kita hadapi sebagai komunitas global. Sebagai tanggapan, UNESCO mengembangkan kerangka Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk memberikan cetak biru bagi perdamaian dan kemakmuran, sekarang dan untuk masa depan. Pada intinya adalah 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang merupakan seruan untuk bertindak dalam kemitraan global. Pengajaran keberlanjutan disekitar tujuan ini perlu bersifat holistik dan pluralistik, dengan hasil yang dimaksudkan untuk memungkinkan pelajar hidup dan bertindak dengan cara yang lebih berkelanjutan.

“Program peningkatan kapasitas sangat penting agar guru menyadari masalah dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengajar pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Metode pengajaran dan pembelajaran partisipatif, yang biasa disebut praktik berbasis inkuiri, memotivasi dan memberdayakan semua yang terlibat untuk mengubah perilaku mereka dan mengambil tindakan untuk pembangunan berkelanjutan”, tegasnya. (witono)