Kerupuk merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia baik sebagai kudapan maupun lauk. Kerupuk adalah makanan ringan yang pada umumnya terbuat dari adonan tepung tapioka dan dicampur dengan bahan perasa seperti udang atau ikan yang berasal dari Indonesia, serta mempunyai 9,91% - 14% kandungan air, 0,97% - 11,04% kandungan protein, dan kandungan lainnya yang digunakan sebagai campuran perasa kerupuk. Untuk menikmati kerupuk selama ini masyarakat menggorengnya menggunakan minyak atau deep fat frying. Namun cara pengolahan seperti ini memiliki beberapa kelemahan seperti terserapnya minyak ke dalam bahan yang dapat menyebabkan mutu kerupuk menjadi menurun. Selain itu, konsumsi makanan yang mengandung minyak akan mengakibatkan penyakit kolesterol, jantung koroner, dan penyakit berbahaya lainnya. Bahkan bagi penjual, kerupuk yang digoreng dengan menggunakan minyak menyebabkan waktu cukup lama untuk meniriskan hingga makin terkontaminasi dengan udara. Hal tersebut dapat menyebabkan kualitas kerupuk menjadi berkurang. Berdasarkan hal ini sekelompok mahasiswa UNY membuat terobosan dengan membuat alat penggorengan kerupuk rendah kandungan minyak yang dinamai Health Fryer untuk meningkatkan kualitas kerupuk. Mereka adalah Novita Wulandari prodi Pendidikan Fisika, Retno Widyastuti prodi Fisika dan Reza Akhmad Mulyono prodi Teknik Manufaktur.
Menurut Novita Wulandari health fryer ini menggunakan sumber panas dari gas elpiji. “Alatnya seperti oven tapi dibagian paling bawah terdapat tempat minyak, namun dalam menggoreng kerupuknya itu tidak langsung dengan minyak” kata Novita. Health Fryer terdiri dari 4 rak dimana rak paling bawah merupakan tempat minyak dan 3 rak di atasnya adalah tempat menggoreng kerupuk. Metode penggorengannya menggunakan uap minyak panas yang berada dirak paling bawah. Ukuran alat ini panjang 55 cm, lebar 48 cm dan tinggi 62 cm. Retno Widyastuti menambahkan alat ini dibuat dari bahan plat galvanis dan dilengkapi thermometer sebagai pengukur suhu. “Kami bekerjasama dengan UMKM Kerupuk Sumber Barokah di Kebumen sebagai mitra” katanya. Menurutnya produksi kerupuk di daerah Kebumen tergolong masih sedikit karena kebanyakan para pedagang hanya membeli kerupuk mentah yang siap untuk dipasarkan. Hal tersebut merupakan peluang besar untuk usaha ini dalam memasarkan produk. Proses produksi yang dilakukan oleh mitra yaitu penggorengan sampai pemasaran.
Reza Akhmad Mulyono menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam membuat health fryer ini adalah regulator, pipa dan saluran gas, thermometer, saluran penghubung, loyang tempat minyak dan kerupuk serta pegangan dan pengunci pintu. Cara menggunakannya, pertama kali sambungkan pipa gas pada saluran gas yang tersedia pada bagian belakang kemudian putar regulator dengan arah yang berlawanan jarum jam. Nyalakan pipa gas menggunakan pemantik api dan letakkan loyang pada tempat yang disediakan. Masukkan minyak dan tunggu sampai mendidih dan suhu didalam ruang tertutup alat mencapai 170˚C yang dapat dilihat pada thermometer yang tertera pada bagian luar alat). Masukkan kerupuk kedalam 3 rak yang tersedia dan tunggu sampai setengah mengembang. Kecilkan api agar suhu tetap stabil dan tunggu sampai kerupuk mengembang dengan baik. Setelah matang keluarkan loyang dan matikan api dengan memutar regulator searah jarum jam. “Dari uji coba didapatkan hasil bahwa kerupuk akan mengembang maksimal setelah 8 menit pada suhu 2200 Celcius” kata Reza. Pemilik UMKM Sumber Barokah Suhadi Hermawan mengatakan bahwa alat ini bisa diimplementasikan sebagai alternatif penggorengan kerupuk yang lebih rendah kandungan minyak. “Akan lebih baik dibuat lebih besar ukuran alatnya agar kuantitasnya bisa maksimal” kata Suhadi Hermawan.
Karya ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Iptek. Hal ini juga merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu dan kemitraan. (Dedy)