Mahasiswa KKNM 26381 Universitas Negeri Yogyakarta yang tengah bertugas di Dusun Simping, Sidomoyo, Godean, Sleman, berhasil memperkenalkan inovasi pangan lokal bergizi tinggi berupa mie ikan nila. Program ini menjadi salah satu unggulan KKN karena menggabungkan edukasi gizi, diversifikasi olahan ikan, dan peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Tim KKNM-26381 UNY terdiri dari Afifaliya Putri, Raphael Paskhalis Tarigan, Anastasia Ariyani, Anastasia Imelda Bonita Dora, Adib Fikri Ghozali, Rais Arsa Winata, Kamajaya Bayu Jatikusumo, Margareta Okta Prasetya, Shinta Faradina Shelmi, dan Harti Delvia. Mereka melakukan pelatihan pembuatan mie ikan nila melalui sesi praktik langsung bersama ibu-ibu warga Simping yang antusias mengikuti setiap tahap proses.
Afifaliya Putri, sebagai narasumber, menjelaskan bahwa penggunaan ikan nila dipilih karena mudah ditemukan di lingkungan masyarakat, memiliki kandungan protein yang tinggi, dan dapat meningkatkan kualitas gizi tanpa perlu mengubah kebiasaan makan warga secara drastis. “Mie ini jadi alternatif sehat dari mie biasa karena berbahan dasar ikan. Kami ingin masyarakat bisa makan lebih bergizi tanpa harus meninggalkan makanan yang sudah familiar,” ujar mahasiswa prodi Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik UNY tersebut, Selasa (18/11/25).
Resep mie ikan nila cukup sederhana dan bisa diproduksi rumahan. Komposisinya terdiri dari 155gram tepung protein tinggi, 100gram daging ikan nila, garam, jeruk nipis, serta tepung tapioka secukupnya. Ikan nila difillet, dimarinasi dengan jeruk nipis, lalu dihaluskan. Daging ikan dicampur dengan tepung dan diuleni hingga kalis, digilas menggunakan alat penggiling mie, dipotong, kemudian direbus ±3–5 menit hingga matang. Pelatihan juga dilengkapi dengan teknik penyimpanan dan cara menjaga tekstur mie agar tidak mudah lengket dan tahan simpan.
Mahasiswa prodi Pendidikan Tata Boga yang lain, Harti Delvia menambahkan bahwa inovasi ini sekaligus sebagai strategi memperkenalkan konsumsi ikan yang lebih ramah anak. “Tidak semua anak suka makan ikan karena bentuk dan baunya. Ketika diolah jadi mie, mereka lebih tertarik. Jadi ini bukan hanya soal masak, tapi juga edukasi gizi,” jelasnya.
Ketua KKNM-26381 UNY, Kamajaya Bayu Jatikusumo, menegaskan bahwa program mie ikan nila dirancang dengan pendekatan keberlanjutan. Ia menuturkan bahwa tim tidak hanya mengajarkan cara memasak tetapi juga memberi pendampingan lanjutan terkait peluang usaha. “Kami ingin warga tidak hanya bisa membuat mie, tetapi bisa menjualnya. Tim juga menyiapkan panduan kemasan sederhana dan strategi pemasaran, termasuk pemanfaatan media sosial,” ujarnya. Bayu juga menekankan bahwa KKN bukan hanya ajang pengabdian sementara, tetapi upaya jangka panjang dalam memberdayakan masyarakat berbasis potensi lokal. Dengan bahan yang murah, mudah diolah, dan bernilai jual, mie ikan nila diharapkan dapat berkembang menjadi produk UMKM khas Dusun Simping.
Program ini mendapat apresiasi dari warga, terutama kalangan ibu-ibu PKK. Mereka mengaku merasa terbantu karena mendapatkan resep baru yang sehat, terjangkau, dan bisa dijadikan usaha sampingan.
Melalui inovasi pangan lokal seperti mie ikan nila, KKNM-26381 UNY menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menjadi jembatan ilmu pengetahuan dan kemandirian ekonomi warga. Dusun Simping bukan hanya menjadi lokasi pengabdian, tetapi ruang kolaborasi untuk membangun ketahanan pangan, gizi keluarga, dan kewirausahaan berbasis potensi desa.
English