Dharma Wanita UNY dan DLH Sleman Gagas "Gerbang Sik Asik": Mengubah Sampah Dapur Jadi Berkah

YOGYAKARTA – Di tengah bayang-bayang darurat sampah dan penuhnya TPA Piyungan, sebuah gerakan kolaboratif yang segar dan solutif lahir di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Melalui kemitraan antara Dharma Wanita Persatuan (DWP) UNY dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, lahirlah "Gerbang Sik Asik" (Gerakan Bebarengan Reresik dan Olah Sampah Organik). Acara sosialisasi yang digelar di Rektorat UNY pada Jumat, 25 Juli 2025, menjadi momentum penting untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah, dimulai dari unit terkecil masyarakat: rumah tangga.

Ibu Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Ibu Sulastri Sumaryanto, yang membuka acara, menekankan peran strategis para ibu dalam gerakan ini. "Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk saling berbagi ilmu. Manfaat pengelolaan sampah ini bisa kita tularkan dari satu fakultas ke fakultas lain, hingga akhirnya menjadi budaya di lingkungan kita," ujarnya penuh semangat.

Ibu Eni Yuliani, S.E., M.Si., dari DLH Sleman, memaparkan akar masalah yang melatarbelakangi gerakan ini. "Kita menghadapi beberapa tantangan serius: sarana prasarana yang terbatas, kepedulian yang masih perlu ditingkatkan, TPA Piyungan yang sudah overload, dan fakta bahwa 60% sampah kita adalah sampah organik," ungkapnya. "Gerbang Sik Asik," jelas Bu Eni, "adalah gerakan gotong royong secara periodik untuk mengelola sampah di rumah masing-masing, yang tidak hanya membersihkan lingkungan tapi juga memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan."

Alih-alih hanya berteori, kegiatan ini langsung menawarkan solusi praktis yang bisa diterapkan oleh siapa saja. Kuncinya ada pada tiga langkah sederhana yaitu Ciptakan Lingkungan Bersih: Lakukan gotong royong atau kerja bakti secara rutin di lingkungan sekitar. Pilahlah Sampah: Pisahkan sampah minimal menjadi dua kategori: organik (sisa makanan, daun) dan anorganik (plastik, kertas, botol).

Olah dan Manfaatkan Sampah Anorganik: Salurkan ke bank sampah, TPST, atau penyedia jasa daur ulang. Sedangkan Sampah Organik adalah fokus utama "Gerbang Sik Asik". Bu Eni mendemonstrasikan cara mudah membuat kompos menggunakan lubang biopori. "Cukup buat lubang di tanah, pasang paralon, dan masukkan sampah organik secara berkala. Ini adalah cara paling mudah untuk mengubah sampah dapur menjadi pupuk subur," paparnya sambil menjelaskan teknis pemilihan lokasi dan perawatannya. Rekan Bu Eni, Mustika Dewi, S.H., menambahkan bahwa isu lingkungan tidak berhenti pada sampah. Ia mengingatkan tentang enam aspek krusial yang saling terkait: sanitasi, konservasi air, konservasi energi, menanam dan memelihara pohon, pengelolaan sampah, serta gaya hidup 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

"Diet plastik, memilah sampah, menggunakan kembali barang, dan mendaur ulang bukan lagi pilihan, tapi keharusan untuk menjaga bumi kita," tegasnya.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa lembaga pendidikan dan rumah tangga adalah garda terdepan dalam perang melawan sampah. Gerbang Sik Asik bukan sekadar program, melainkan sebuah ajakan untuk memulai perubahan dari halaman belakang rumah kita sendiri, demi lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan nyaman untuk generasi mendatang.

Penulis
Seno Sudrajat
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU