Kita sangat menyadari bahwa pada akhir-akhir ini kita sangat intensif dihadapkan tantangan menghadapi kehadiran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pada hakekatnya MEA dibangun dengan empat pilar, yaitu (1) a single market and production base, (2) a competitive economic region, (3) equitable economic development, dan (4) integration with the global economy. Sebagai warga Indonesia, apalagi warga terdidik, kita tidak boleh menjadi objek proyek-proyek MEA, kita harus dapat memainkan diri kita sebagai subyek dalam dinamika MEA, yang tidak hanya dapat menjaga survival negara dan bangsa Indonesia, namun kita dapat berkontribusi untuk membesarkan Indonesia dan membesarkan negara-negara di wilayah ASEAN. Untuk itu semua lulusan UNY diharapkan sekali dapat memanfaatkan ilmunya secara optimal dalam kapasitas apapun. Ingat bahwa karakter atau kepribadian yang baik, yang dibawa dari kampus UNY perlu terus dijaga dan dikembangkan serta disebarkan ke semua, sehingga tak seorangpun lulusan yang tak berguna. Setelah ini, mulailah mengamalkan ilmu dari yang sedikit, mulailah mengamalkan ilmu dari diri sendiri, dan mulailah mengamalkan ilmu dari saat ini juga. Dengan upaya-upaya ini kita akan responsif dan proaktif dalam mengikuti gerak langkah MEA dan agenda internasional lainnya dan selanjutnya. Yang penting kita tetap menjunjung tinggi keluhuran tanah air di mana kita hidup dan mengabdikan.
Pada umumnya hidup manusia sering kali diwarnai dengan keluhan (innal insaana khuliqa haluua’), kurang banyak syukurnya. Dalam kondisi yang demikian, kehidupan manusia diwarnai dengan pesimisme. Pada sikap pesimisme sangat kurang berarti dalam menyongsong kehidupan yang terus berubah. Martin E.P. Seligmen (2006) dalam bukunya Learned Optimism : How to Change Your Mind and Your Life memberikan inspirasi betapa pentingnya mengubah sikap pesimisme menjadi sikap optimisme. Dalam Psikologi Positif, kehidupan kita akan terus mendatangkan kebahagian dan kesenangan, sekiranya kita berpikir dan bertindak selalu bertumpu pada kekuatan, potensi dan kemampun yang kita miliki. Kita seharusnya terus mengekplorasi segala potensi untuk menjawab dan memenuhi tujuan dan cita-cita kita. Tujuan dan cita-cita adalah bisa ikut berkontribusi membangun Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera, yang pada akhirnya juga mampu mengantarkan kita meraih hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Pada dasarnya keberadaan kita yang hidup di dunia adalah hasil akhir dari kompetisi jutaan sel dengan seijin Allah Swt. Keunggulan itu dengan ragam dan keunikannya harus dijaga dan diasuh serta dididik dengan sebaik-baiknya secara bertanggung jawab. Di era terbuka dan global dewasa ini kecakapan kompetitif sangat dibutuhkan setiap individu, terlebih-lebih tidak dibenarkannya praktek KKN. Kendatipun sifat kompetitif itu ada pada setiap insan, kita masih memerlukan peningkatan kecakapan kompetitif. Danel Goleman, yang Bestselling Author of Emotional Intelligence, menulis lagi sebuah buku tahun 2013 dengan judul Focus : The Hidden Driver of Excellence. Goleman persuasively argues that now more than ever we must learn to sharpen focus if we are contend with, let alone thrive ini, a complex world. Lebih jelasnya bahwa konsentrasi, praktek terfokus, perhatian yang terhaga terus, dan emosi positif sangat membantu kita dalam memperbaiki kebiasaan, menambah kecakapan baru, dan menjaga keunggulan. Memfokuskan sikap, pikiran dan tindakan terhadap visi dan tujuan tertentu sangatlah penting dalam mengakselerasi tercapainya tujuan karir dan tujuan hidup. Kejelasan arah sangatlah penting dan jangan mudah terombang-ambingkan oleh intervensi baik dari luar maupun intervensi dari dalam diri sendiri. Karena itu setinggi apapun posisi yang kita capai, tetap kita harus memohon petunjuk dan hidah-Nya, supaya kita berada di jalan yang lurus yang diridloi oleh Allah Swt., bukan jalannya orang-orang yang Allah Swt. murkai.
Disarikan dari sambutan Rektor dalam acara Wisuda UNY, Sabtu 28 Februari 2015 di GOR UNY