Tongkat sebagai alat bantu mobilitas bagi penyandang tunanetra menjadi pilihan pertama di Indonesia. Namun, terdapat beberapa hambatan di balik penggunaan tongkat. Misalnya, penyandang tunanetra biasanya kebingungan beraktivitas di tempat baru, apalagi jika terjadi hujan. Oleh sebab itu, penyandang tunanetra tetap membutuhkan pendamping awas, meskipun sudah menggunakan tongkat.
Sekelompok mahasiswa UNY, terdiri dari Nur Milati (Pendidikan Teknik Mekatronika), Wahyuni Amilya (Pendidikan Luar Biasa), dan Raden Budi Santoso (Teknik Elektro) kemudian mengembangkan inovasi tongkat pintar untuk memudahkan mobilitas penyandang tunanetra.
Tongkat pintar yang digagas tim mahasiswa UNY tersebut dilengkapi dengan sensor ultrasonik, penyuara telinga (earphone), serta GPS untuk memudahkan penggunanya dalam mengenali lokasi. Kelebihan yang ditawarkan adalah dengan menyamarkan kebisingan hujan sehingga penyandang tunanetra menjadi mandiri dalam melakukan mobilitas dalam keadaan dan kondisi yang lebih luas.
Wahyuni Amilya menyatakan bahwa motivasi mereka mengembangkan tongkat pintar adalah untuk memecahkan masalah bagi penyandang disabilitas. "Selama ini, penyandang tunanetra tidak bisa melakukan mobilitas sendiri jika turun hujan. Tongkat pintar yang kami kembangkan menawarkan solusi bagi hal tersebut,” ujar Wahyuni ketika dihubungi melalui WhatsApp, Rabu (26/6/2019).
Tongkat pintar yang dikembangkan diberi nama Instisblind (Intelegent Stick for Blind). Karena keunikan gagasannya, pengembangan Instiblind mendapat suntikan dana dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Instiblind didesain dalam bentuk tongkat lipat, yang berfungsi fleksibel sehingga mudah dibawa kemana-mana.
“Harapannya, Instiblind dapat bermanfaat dan bisa membantu kemandirian serta mobilitas penyandang tunanetra ketika hujan,” tutup Wahyuni. (Muhammad Abdul Hadi/JK)