Pektin merupakan suatu komponen serat yang terdapat pada lapisan lamella tengah dan dinding sel primer pada tanaman. Banyak industri di Indonesia yang menggunakan pektin, mulai dari makanan, minuman hingga industri tekstil. Pektin dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri pembuatan jeli, selai, pembentuk gel, pengental, penstabil dan pengemulsi. Selain itu, pektin dimanfaatkan sebagai bahan pencampur obat-obatan dan kosmetika. Buah pisang mengandung pektin dalam konsentrasi tinggi. Selama ini, untuk mencukupi kebutuhan pektin dalam negeri, Indonesia masih mengimpor pektin. Di dalam kulit pisang terdapat pektin yang jumlah kandungannya bervariasi tergantung jenis atau varietas pisangnya. Kandungan pektin pada kulit pisang bervariasi sekitar 1,92 % hingga 3,25 % dari berat kering. Berdasarkan hal ini mahasiswa program studi pendidikan biologi FMIPA UNY meneliti kulit pisang untuk dijadikan tepung pektin. Mereka adalah Naluri Anjarwati, Lisna Listiyani dan Larasati Nindya Ismana.
Menurut Naluri Anjarwati, mereka memanfaatkan pisang ambon (Musa acuminata) untuk dijadikan tepung pektin.Kandungan pektin yang tinggi pada pisang ambondisebabkan karena ukuran fisik yang lebih besar, sehingga kandungan karbohidrat kulit pisang ambon lebih banyak. “Karena kurang cocok untuk diolah menjadi berbagai makanan atau minuman, pisang ambon yang sudah terlalu matang/tidak layak konsumsi akan dibuang begitu saja dan jarang dimanfaatkan” katanya.Dengan demikian akan mengurangi limbah yang ada di lingkungan. Lisna Listiyani menambahkan penelitian ini mencoba menerapkan metode ekstraksi untuk memisahkan pektin dari limbah pisang ambon menggunakan HCl 0,05 N sebagai pelarut, dengan variasi lama waktu ekstraksi terhadap kadar pektin dan berat tepung pektin yang dihasilkan.
Larasati Nindya Ismana menjelaskan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 1 kg pisang ambon, 1 liter aquades, 35 mLHCl 3% dan 2-3 liter Etanol 96%. Cara membuatnya, buah pisang dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan menggunakan tissue, ditimbang dan dipotong tipis-tipis kemudian dioven selama 11 dengan suhu 70⁰C jam kemudian diblender.Sebanyak 30 gram pasta pisang yang telah dihasilkan dimasukan ke dalam gelas ukur 1000 ml lalu ditambahkan larutan HCl sebanyak 1 liter dengan pH 2 kemudian diaduk. Hasil yang diperoleh kemudian dituangan ke dalam 9 gelas ukur 50 mL dengan masing-masing gelas berisi 20 mL larutan kemudian dipanaskan di dalam waterbath dengan suhu 90⁰C dan variasi waktu 30, 60, dan 90 menit dengan 3x pengulangan.Setelah dipanaskan, hasil yang diperoleh dipisahkan filtrat dan residunya dengan menggunakan kertas saring.Filtrat pektin ditambahkan dengan alkohol asam dengan cara 2 mL HCl ditambah dengan 1 liter ethanol lalu diaduk rata dengan perbandingan filtrat pektin dan alkohol asam ialah 1:1,5. Filtrat diendapkan selama 1 malam (15-17 jam) kemudian endapan dipisahkan dari filtratnya dengan menggunakan kertas saring. Hasil yang diperoleh ditambahkan ethanol 96% kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring sampai air ethanol bekas pencucian ber-pH 6-7. Pektin yang didapatkan kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 50⁰C selama 8 jam. Hasil yang diperoleh disebut pektin kering.
Berdasarkan hasil penelitian lama waktu yang paling efektif untuk preparasi sediaan pectin adalah ekstraksi selama 60 menit dengan suhu 90oC dengan menghasilkan pectin sebanyak 0.016 gram dari 30 gram berat basah bahan baku. Penelitian ini berhasil meraih dana dari Fakultas MIPA UNY. (Dedy)