PRODUK TEKSTIL DARI PENGOLAHAN LIMBAH KULIT KELINCI

PRODUK TEKSTIL DARI PENGOLAHAN LIMBAH KULIT KELINCI

Dalam upaya meningkatkan tingkat perekonomian warga maka perlu dilakukan pengasuhan manajemen kewirausahaan melalui berbagai pelatihan yang produktif. Salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan pembuatan suatu produk yang bernilai guna dan dapat meningkatkan penghasilan serta tingkat perekonomian warga pada umumnya.

Salah-satu produk yang bernilai guna dan dibutuhkan oleh setiap manusia adalah produk tekstil. Pembuatan tekstil dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah kulit binatang seperti kulit kambing, kulit domba, dan kulit sapi. Salah-satu jenis limbah kulit binatang yang dibuang begitu saja atau belum dimanfaatkan secara optimal adalah limbah kulit Kelinci. Limbah Kulit Kelinci belum dapat diolah menjadi produk bernilai guna, karena keterbatasan tenaga ahli dan teknologi yang dimiliki warga.

Melihat fakta tersebut maka tim Program Pengabdian kepada Masyarakat FMIPA UNY yang terdiri dari Dr. Eli Rohaeti, Endang Dwi Siswani, M.T., dan Susila Kristianingrum, M.Si., melakukan modifikasi terhadap bahan tekstil yang dihasilkan berbasis limbah kulit Kelinci melalui penambahan nanopartikel ramah lingkungan. Nanopartikel yang digunakan dalam proses penyamakan kulit kelinci berfungsi sebagai bahan antibakteri dan antijamur. Dengan demikian, pembuatan produk tekstil berbasis limbah kulit binatang tidak membutuhkan biaya besar tetapi dapat menghasilkan produk multifungsi sehingga biaya produksi relatif murah.

Eli Rohaeti menjelaskan, selama ini limbah kulit Kelinci hanya dibuang tanpa pengolahan sehingga menjadi limbah organik yang menimbulkan bau ketika sudah membusuk. Limbah tersebut akan masuk ke perairan sehingga menimbulkan pencemaran air selain pencemaran tanah.

Melalui penerapan teknologi dan penggunaan beberapa bahan kimia sederhana serta penambahan fatliquor dan bahan alam seperti gambir sebagai bahan penyamak kulit binatang, kulit Kelinci dapat disamak dengan mudah sebagai upaya mengelola limbah kulit binatang yang dihasilkan. Ekstrak tanaman dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit binatang sehingga proses produksi penyamakan kulit lebih ramah lingkungan serta biayanya lebih murah.

“Kami telah melaksanakan kegiatan pengasuhan kepada para Pemuda Karang Taruna Mexicana di Dusun Calukan, Sinduharjo, Sleman, DIY sehingga mereka memiliki pengetahuan dan kesadaran lingkungan tentang cara pemanfaatan sumber daya alam khususnya limbah kulit Kelinci menjadi produk tekstil maupun produk kerajinan dengan pendekatan sains, teknologi, dan masyarakat,“ jelasnya.

Tim juga menjelaskan manfaat pengolahan limbah kulit Kelinci menjadi produk fungsional dan bernilai ekonomi tinggi kepada para pemuda sehingga mereka memiliki softskill untuk memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai. Pada akhirnya pemuda termotivasi untuk membuat usaha berwawasan lingkungan melalui pembuatan produk tekstil dari kulit Kelinci. Materi yang disampaikan tentang Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaannya; materi tentang Pengolahan Limbah Kulit Kelinci; dan materi tentang Modifikasi Kulit Kelinci Tersamak menjadi Produk Fungsional Bernilai Ekonomi.

Setelah kegiatan pembekalan materi dilaksanakan, selanjutnya dilakukan demonstrasi pembersihan kulit, penyamakan kulit, pelemasan kulit, dan pengeringan. Setelah pemuda peserta PKM paham, maka dilanjutkan praktek mulai dari pembersihan, penggaraman, penyamakan, peminyakan, sampai pada pengeringan. (witono)