PENGUKUHAN GURU BESAR MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

PENGUKUHAN GURU BESAR MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Para pakar percaya bahwa ilmu manajemen organisasi tergambarkan seperti hutan lebat. Hal ini diakibatkan karena adanya pergeseran dan perbedaan perspektif manajemen seperti scientific management theory, administrative management theory, behavioral management science, management-science theory, dan organization-environment theory. Para pakar beranggapan bahwa teori-teori itu akhirnya menyesatkan. Oleh karena itu, paradigm dasar ilmu manajemen harus menjadi perhatian terhadap asumsi ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Manajemen Organisasi yang menjadi inti dari penerapan manajemen secara umum harus terus dievaluasi kembali. Dengan demikian, proses manajemen organisasi yang diusulkan mampu menggambarkan integrasi fungsi perencanaan, pengendalian, dan evaluasi. Model pendekatan manajemen organisasi ini menuntut proses aliran timbal balik pada proses manajerial sehingga dapat merevisi dan memperkuat kualitas hasil dari kegiatan sebelumnya. Dengan demikian, model ini memperkuat teori tacit knowledge dan akhirnya mampu membangun intellectual capital di sisi manajemen SDM. Demikian dikatakan Prof. Setyabudi Indartono, S.T., M.M., Ph.D. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul ‘Tantangan Pengembangan Ilmu Manajemen SDM di Era Revolusi Industri 4.0’ itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Sabtu (26/10). Setyabudi Indartono adalah guru besar UNY ke-145.

Pria kelahiran Purwokerto 20 Juli 1972 tersebut mengatakan, manajemen SDM terdiri dari manajemen individu dan manajemen organisasi. “Mayoritas pakar ilmu manajemen telah melakukan penelitian yang didedikasikan untuk membahas kerangka konseptual tentang bagaimana menghubungkan berbagai teori organisasi dengan topik penelitian yang dikuantifikasi secara empiris” katanya. Sementara itu pergeseran paradigma ilmu manajemen dari manajemen klasik seperti scientific management theory dan administrative management theory, ke manajemen modern seperti behavioural management science, management-science theory, dan organization-environment theory memberikan  efek berbeda pada praktik ilmu manajemen. Para pakar manajemen berpendapat bahwa pengembangan teori manajemen menyiratkan beberapa kecenderungan. Dengan meniru paradigma ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu sosial secara bertahap memasukkan model-model yang tidak relevan, atau bahkan menyesatkan. Salah seorang pakar manajemen, Mangaliso berpendapat bahwa membawa kembali konsep kemanusiaan ke dalam wacana ilmu manajemen akan mengubah cara dalam mengembangkan konsep manajemen. Oleh karena itu berbagai isu masyarakat 5.0 yang dikenal sebagai masyarakat cerdas harus menjadi pertimbangan  pengembangan  isu  kemanusiaan  dalam society 5.0. Masyarakat 5.0 menuntut manajemen cerdas, seperti tuntutan berbelanja dan bepergian yang lebih nyaman dengan menggunakan teknologi cloud.

Doktor Perilaku Organisasi NCU Taiwan tersebut memaparkan, pada awal abad ke-21 ini para pakar mengusulkan agama sebagai dasar konseptual dari bangunan sains. Terinspirasi dari pendekatan Fiqh Waqi, Fiqh Nushus, Fiqh Maqoshid, Fiqh Muwazanah, Fiqh Aulawiyyat, Fiqh Ma’alat, dan Fiqh Tanzil, pendekatan konsep manajemen akan membuka peluang adaptasi yang fleksibel terhadap fakta- fakta yang selalu update, tetap berorientasi pada tujuan, dan antisipasi terhadap konsekuensi keputusan manajerial sebelumnya. Dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat akibat revolusi industri 4.0, dengan proses aliran timbal balik dalam model manajemen ini akan mengantisipasi perubahan realitas dari analisis di setiap tahap manajemen organisasi. Selain itu model manajemen ini mampu untuk mengantisipasi konsekuensi dari masyarakat cerdas dalam Society 5.0, dengan memberikan porsi analisis konsekuensi dari sebuah kebijakan manajerial sebelumnya. Model pendekatan manajemen organisasi ini mengandung beberapa keunggulan. Aliran timbal balik dari beberapa tahapan manajerial dapat merevisi dan memperkuat kualitas langkah-langkah sebelumnya. (Dedy)