Pendidikan Nonformal Melalui Sekolah Perempuan Gagasan Mahasiswa UNY

1
min read
A- A+
read

Salah satu kegiatan di sekolah perempuan

Perempuan sering dipandang sebagai ibu rumah tangga yang dinilai tidak dapat berkontribusi secara aktif di luar rumah sehingga perannya tidak lebih dari sekadar aktivitas dalam rumah. Namun saat ini peran perempuan sangat dibutuhkan pada semua aspek kehidupan, baik di lingkungan keluarga, sosial, dan masyarakat, terutama dalam hal pembangunan desa. Ini tidak lepas dari peran perempuan yang menjadi penggerak kesejahteraan sosial dan ekonomi. Hal ini menjadi perhatian mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY yang menggagas sekolah perempuan yang dapat memberikan kesempatan perempuan mendapatkan pendidikan nonformal. Mereka adalah Dewi Cahyaningsih, Difta Oktavia Ramadhani, Gandhi Bastian, Joki Andeka, Hadranantu Riaya, Luthfi Aziz Mandela, Muhammad Alif Fadlullah, Naufal Ardhana Prasetya, Nida Muthia Salim, Nisa Indar Rukmana, Nisrina Nur’aini Wahyuningsih, Putri Maulida Fatihatus Sa’adah, Sefri Nur Amalia, Yoga Ilham Suseto dan Zulfa Aisyah Shubhiyah yang tergabung dalam UKMF Penelitian Reality.

Menurut ketua tim Dewi Cahyaningsih mereka menggandeng Desa Triwidadi, Pajangan, Bantul untuk melaksanakan program ini. “Sekolah Perempuan Triwidya Aksara merupakan program sekolah perempuan yang kami sajikan untuk menjawab permasalahan perempuan yang ada disini” kata Dewi, Selasa (2/1). Triwidya Aksara bermakna sekolah bagi perempuan desa tangguh dan berpengetahuan yang berfokus pada tiga bidang utama, yakni ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Peserta sekolah terdiri atas beberapa perwakilan dari PKK, Kader, Karangtaruna dan tokoh perempuan Desa Triwidadi. Harapannya Sekolah Perempuan Triwidya Aksara dapat mewujudkan keterlibatan perempuan Desa Triwidadi terhadap pemberdayaan wilayah dan pencapaian Sustainable Development Goals for Rural Areas.

Dijelaskan Zulfa Aisyah Shubhiyah bahwa sekolah perempuan yang dilakukan meliputi pendidikan dan pelatihan kelas tata boga, kelas teknologi informasi, kelas perempuan cerdas, kelas parenting, kelas ibu tanggap dan kelas 3R (reuse, reduce, recycle). “Kelas tata boga dengan pelatihan mengolah mlinjo, potensi sumber daya alam di Desa Triwidadi” ujar Zulfa. Kelas teknologi informasi dengan workshop dan pendampingan, kelas perempuan cerdas dilaksanakan dengan pendampingan bagi remaja perempuan, kelas parenting dilaksanakan metode workshop, kelas ibu tanggap dilaksanakan dengan pendampingan dan kelas 3R (reuse, reduce, recycle) dilaksanakan dengan workshop dan pelatihan dengan menghadirkan narasumber yang kompeten pada bidangnya.

Kamituwa Triwidadi Widyastuti merasa gembira dengan kegiatan ini. “Sebelumnya sudah pernah mendapatkan beberapa program pelatihan yang bersasaran perempuan. Namun, program tersebut mengalami kegagalan dikarenakan program tidak didasarkan atas kebutuhan, permasalahan, serta potensi yang ada dan dimiliki oleh Desa Triwidadi” katanya. Desain pembelajaran meliputi kurikulum dan rencana kegiatan di Sekolah Perempuan Triwidya Aksara gagasan mahasiswa UNY ini berfokus pada peningkatan peran perempuan dalam pembangunan ekonomi masyarakat dan berpartisipasi dalam meningkatkan kapabilitas perempuan di dunia pendidikan, sosial, ekonomi.

Kegiatan ini berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Belmawa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam skema PPK Ormawa dan menyabet juara 3 strategi keberlanjutan terkuat dan juara 3 video terunik dalam Abdidaya Ormawa di Universitas Jember. Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) adalah program penguatan kapasitas ormawa melalui serangkaian proses pembinaan ormawa oleh perguruan tinggi yang diimplementasikan dalam program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat.

Penulis: Dedy

Editor: Sudaryono

MBKM
IKU
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus