MEMAHAMI NILAI-NILAI LUHUR PENDIDIKAN KHAS JOGJA

2
min read
A- A+
read

MEMAHAMI NILAI-NILAI LUHUR PENDIDIKAN KHAS JOGJA

Masih dalam rangkaian Karangmalang Education Forum # 11, DPP Ikatan Alumni UNY menyelenggarakan Seminar Nasional pada Selasa (28/9) dengan tema “ Keraton Sebagai Pusat Pendidikan” secara daring dan luring dengan menghadirkan Narasumber terkemuka yaitu Heri Dendi ( Ahli Pendidikan Keraton Yogyakarta), Ir. Yuwono Sri Suwito, M.M (Dosen Universitas Widya mataram) dan Ferry T. Indratno, S.Pd., Hum ( Penggiat Program POP Kemdikbud) dengan moderator Dr. Dwi Siswoyo, M.Hum ( Dosen FIP UNY).

Hadir secara luring dalam acara ini oleh Ketua DPP IKA UNY,Rektor UNY, Para Wakil Rektor, Dekan seluruh fakultas dan diikuti oleh hampir seluruh alumni UNY yang tersebar di Indonesia secara online.

Ketua DPP IKA UNY Prof. Suyanto, Ph.D., ketika memberi sambutanya menuturkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah, termasuk sejarah Keraton Yogyakarta. Kita semua seharusnya memahami dan mengenal sejarah Keraton terutama kontribusinya dalam mengukir sejarah dunia pendidikan di Tanah Air.

“Walau sekarang sudah memasuki era digitalisasi dan industrialisasi, namun para generasi muda jangan pernah lupa akan sejarah agar terus bisa menjaga budaya serta kearifan lokal," ungkap Profesor Suyanto.

Profesor Suyanto yang juga menjabat sebagai ketua Majelis Guru Besar (MGB)  UNY ini berharap acara seminar seperti ini bisa rutin diselenggarakan minimal dua minggu sekali sebagi ajang silaturahmi antar sesama alumni dan berbagi ilmu pengetahuan dengan memegang teguh prinsip belajar sepanjang hayat.

Rektor UNY, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., dalam kesempatan ini mengatakan bahwa sebuah Perguruan Tinggi yang handal tidak mungkin akan berdiri sendiri tanpa campur tangan para alumni di dalamnya serta didukung sinergi yang kuat antara civitas academica dengan para alumni, ditambahkan olehnya salah satu cara meningkatkan keunggulan kampus yaiyu dengan cara menjaga kebersihan, kerapihan dan mutu dosen serta tendik. Dalam kesempatan ini Sumaryanto juga menjelaskan bahwa UNY sedang menyiapkan diri menuju Perguruan Tinggi badab Hukum (PTN- BH) dan meminta doa serta dukungan para alumni.

Budayawan Heri Dendi dalam paparanya menjelaskan bahwa nilai- nilai budaya dan filosofi awalnya berasal dari Keraton dan direspon oleh kampung lalu diolah oleh kampus sehingga menjadi sebuah pemikiran yang ilmiah. Hal inilah yang membuat ciri khas pendidikan di Yogyakarta berbasis pada budaya lokal dengan membentuk sebuah keharmonian antara budaya serta ilmu pengetahuan.

“Kraton, Pesantren, Muhhammadiyah, Tamansiswa dan Barat saling berkaitan sata sama lain serta tidak bisa dipisahkan sebagai lima pilar pendidikan di negeri ini terutama di Yogyakarta," ujar Heri Dendi.

Tata pergaulan, tata susila dan tata krama seperti menyapa dengan senyum, hormat kepada sesama, merawat bahasa daerah, gotong royong menjadi ciri khas pendidikan di Yogyakarta yang berbasis pada kebudayaan.

Narasumber yang lain yaitu Yuwono Sri Suwito mengatakan bahwa kegiatan pendidikan di keraton sudah berlangsung dari dulu antara lain belajar menunggang kuda, memanah, meyungging wayang, melaras gamelan, memelihara bendungan dan memelihara tanaman sudah berlangsung sejak zaman Sri Sultan HB I pada tahun 757.

Seiring dengan berlalunya waktu dan bergantinya pemerintahan maka materi pelajaran yang diberikan juga berbeda walau intinya sama yaitu mendalami dan memahami serta nguri- uri budaya lokal.

"Pelajaran yang tidak akan lekang oleh waktu dan senantiasa diajarkan dilingkungan keraton adalah tentang unggah- ungguh, tentang wayang dan gamelan, tentang tata cara berbusana termasuk cara menjadi seorang pemimpin yang baik, “ papar Yuwono.

Ferry T. Indratno berpendapat Menerapkan pendidikan khas Yogya yang banyak bersumber dari Keraton bisa dimulai dari sekolah- sekolah melalui buku paket yang menjadi sumber dari tema pembelajaran dan melalui aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

“Untuk membangun budaya di sekolah dengan menjadikan kepala sekolah dan guru menjadi role model dan memberikan ruang bagi para siswa untuk berkreativitas dan berinovasi dibidang budaya seperti membuat lagu, membuat yel- yel, membuat simbol yang melambangkan kebudayaan lokal,"  demikian dijelaskan Fery.

Untuk menyosialisasikan pendidikan khas Yogyakarta ini selain melalui sekolah atau kampus bisa juga melalui banyak jalan seperti melaui orang tua, sarasehan, diklat serta kegiatan lainya. (Khairani Faizah)