MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ASING BAGI SISWA TUNANETRA

Pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang untuk mengembangkan potensi sehingga mampu bertahan hidup di dunia. Proses panjang ini merupakan hak asasi yang diperoleh semua manusia. Tidak terkecuali bagi anak-anak penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Revolusi industri 4.0 telah didepan mata. Penyebaran informasi menembus ruang dan waktu, bergerak secepat menggerakkan jari. Jika tidak ada pemutakhiran teknologi ramah disabilitas, maka kelompok penyandang disabilitas adalah kelompok yang rentan tergilas oleh serangan informasi. Upaya yang dilakukan pemerintah tetap dirasa kurang efektif. Media belajar berupa buku kamus braille yang disedikan sekolah dirasa tidak efektif dan efisien, karena jumlah kata yang terbatas dan terdiri dari ratusan halaman sehingga menjadi berat dan merepotkan. Untuk itu dibutuhkan media pembelajaran interaktif yang bukan hanya mampu menjadi alat bantu siswa memahami materi dan mengekspresikan diri tetapi juga menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan. Dari sinilah sekelompok mahasiswa UNY mengembangkan Smart Braille Box sebagai media pembelajaran bahasa asing untuk mengasah listening dan speaking pada penyandang tunanetra. Mereka adalah Umy Rahma Damayanti prodi teknik elektro serta Lismayasari Annisyah dan Qurrotunnisa Nur Aini prodi teknologi pendidikan.

Menurut Umy Rahma Damayanti anak tuna netra memerlukan tambahan-tambahan untuk menunjang keberhasilan belajarnya salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran interaktif. Penyampaian informasi juga hanya bisa dilakukan melalui taktil atau perabaan dan secara audio atau pendengaran. Pembelajaran juga harus menyenangkan karena secara psikis anak tuna netra mengalami krisis percaya diri sehingga kurang nyaman dalam pembelajaran yang hanya teacher oriented. “Media Pembelajaran Interaktif cocok untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak tunanetra karena selain adanya daya tarik pembelajaran juga adanya penguatan informasi yang diberikan karena melalui dua jalur informasi anak tuna netra” paparnya. Lismayasari Annisyah menambahkan bahwa Smart Braille Box ini memudahkan penyerapan materi tentang bahasa asing, spesifik pada kemampuan listening dan speaking, serta mengasah kemampuan berbahasa asing, kreatifitas, inovatif, dan berfikir kognitif-konstruktifistik siswa. “Media pembelajaran ini juga bisa digunakan oleh orang tua untuk mengajarkan anaknya dalam kemampuan listening-speaking bahasa asing di rumah” kata Lismayasari. Karya ini berhasil meraih dana penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. (Dedy)