Indonesia memiliki berbagai macam bahasa daerah. Namun, beberapa bahasa daerah mengalami kepunahan. Moseley (2010) dalam Atlas of The World’s Languages in Danger menyebutkan bahwa terdapat 12 bahasa di Indonesia yang telah punah salah satunya adalah Bahasa Serawai di Bengkulu Selatan. Melihat keprihatinan tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) PSH Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Tara Belinda (Ilmu Komunikasi), Arif Hidayat (Ilmu Komunikasi) dan Adesta Feby Putri Setiadi (Ilmu Sejarah) dengan dosen pembimbing Benni Setiawan, M.S.I. melakukan penelitian tentang Bahasa Serawai.
Tara Belinda menjelaskan, penelitian dilakukan di enam kecamatan di Bengkulu Selatan. Adapun tujuan penelitian antara lain mengetahui respon masyarakat terhadap Bahasa Serawai, mengetahui tingkat pemahaman Bahasa Serawai dalam berbagai tingkatan usia dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman Bahasa Serawai. Adapun luaran penelitian ini berupa artikel ilmiah dan buku saku percakapan Bahasa Serawai sehari-hari.
“Kesimpulan dari penelitian ini antara lain 97,78% masyarakat Bengkulu Selatan bangga dengan Bahasa Serawai tetapi kurang memahami, tingkat pemahaman Bahasa Serawai pada usia 13-15 tahun sebesar 68,91% (sedang) dan usia 25-65 tahun sebesar 90,53% (baik). Faktor penyebab penurunan pemahaman Bahasa Serawai karena rendahnya frekuensi penggunaan Bahasa Serawai, pencampuran bahasa lain dengan Bahasa Ibu (Bahasa Serawai), pengaruh globalisasi dan modernisasi serta tidak adanya muatan lokal Bahasa Serawai” paparnya
Melalui penelitian ini, lanjut Tara Belinda, Tim PKM FIS UNY menawarkan beberapa saran yaitu perlunya upaya yang sistematis agar Bahasa Serawai kembali digunakan; tetua dan masyarakat perlu lebih sering menggunakan Bahasa Serawai, dan pemerintah perlu mengadakan kegiatan seperti Festival Budaya Serawai. (Eko)