Kampus Mengajar merupakan salah satu agenda kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi untuk memajukan pendidikan sekolah dasar di daerah terdepan terluar dan tertinggal. Salah satu mahasiswa yang terlibat adalah Nuraida Mahmudatul Latifah yang ditempatkan di SD N Gadingsari 2 Kecamatan Pakem, Bondowoso, Jawa Timur di lereng Gunung Argopuro. Sesuai dengan pendidikannya di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY, Nuraida mengembangkan olahraga yang dimodifikasi serta didukung dengan treatment yang memungkinkan siswa bermain sambil belajar tentang alam yang ada disekitar mereka. Dipilihnya cara ini sebagai acuan belajar anak selama masa pandemi. “Mereka yang sudah bosan belajar dirumah harus disegarkan pikirannya melalui hal-hal positif dan membangun supaya lebih terarah dengan adanya pengetahuan dan penyampaian dengan cara yang baru” katanya.
Mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi tersebut mengusung tema ‘Giri Wana Rally’ yang dipopulerkan dalam kegiatan kepramukaan. Nuraida mengajak peserta didik untuk mengenal lingkungan hutan secara menyeluruh, dibersamai dengan pengenalan cara survive di alam bebas dan kekuatan mental serta fisik yang harus selalu prima, yang secara tidak langsung juga sebagai bentuk kecintaan terhadap kekayaan alam yang ada. Menurutnya, ini adalah sebuah bahan ajar pendidikan jasmani yang menyenangkan dan membuat anak tidak cepat merasa bosan dengan memadu padankan antara olahraga, sains dan survival.
Gadis kelahiran Yogyakarta 29 Juni 1998 itu membagi kegiatannya menjadi 3 tahap pengenalan yaitu tentang penyampaian materi di kelas sebagai dasar pengetahuan pada saat nanti terjun ke lapangan, seperti pengenalan tali-temali, cara mengatasi hipotermia pada udara yang dingin, perbekalan P3K yang memadai dan pengenalan flora fauna hutan. Kedua yaitu persiapan fisik sebelum hari pelaksanaan seperti pengadaan senam setiap hari Jum’at pada minggu-minggu sebelum pelaksanaan, pemanasan dasar seperti lari serta lompat yang dikemas dalam permainan, dan yang ketiga penerjunan ke lapangan. “Jadi siswa sudah mempunyai pedoman tentang bagaimana cara yang aman dalam menangani keadaan-keadaan yang sekiranya mendesak pada saat di lapangan” ungkapnya.
Alumni SMA N 1 Srandakan Bantul tersebut mengisahkan, dia mengajak siswa untuk pergi ke dekat hulu sungai yang jalannya melewati hutan kecil, dan saat itu warga Patemon, Pakem, Bondowoso itu mengenalkan beberapa flora dan fauna yang biasanya hidup dan menjadi ciri khas wilayah pegunungan. Sesampainya di tempat yang sudah ditentukan, dia mengajarkan para siswa tentang tali temali sebagai dasar berkegiatan di alam bebas dalam keadaan survival. Begitu juga saat siswa diajari menangkap belut di sawah serta ikan di sungai kecil untuk dijadikan santapan sebagai bekal selama perjalanan pulang karenakan medan yang naik turun serta jauh dari sekolah. Dengan demikian, siswa bisa belajar mempertahankan diri di alam bebas dengan cara yang menyenangkan, belajar dengan tidak cepat merasa bosan, serta lebih bisa memahami karena langsung diaplikasikan pada kegiatan yang nyata dengan perangkat yang secara tidak langsung sudah disediakan oleh alam. Kegiatan ini sesuai dengan pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan UNY dalam bidang pendidikan bermutu. (Dedy)