Sweet Fiber: Alat Lukis Kreatif Ramah Lingkungan Dari Limbah Ampas Tebu

Anggota tim

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta sukses menciptakan produk inovatif alat lukis yang berasal dari limbah tebu. Ide ini muncul karena melihat potensi besar limbah tebu di Kabupaten Bantul, terutama dari Pabrik Gula Madukismo. Kelima mahasiswa kreatif tersebut adalah Fiqry Prayoga (Pendidikan Kriya), Regina Amanda Famaretha (Akuntansi), Rizki Aulia Apliananta (Pendidikan Kriya), Kinari Arsya (Pendidikan Seni Rupa), Yunita Rizky Alfiani (Tata Busana).

Fiqry menyebutkan bahwa produk ini bernama Sweet-Fiber, nama yang diambil dari bahasa Inggris yang artinya ‘serat manis’. Pembuatan produk alat lukis ini dilatarbelakangi oleh permasalahan mahalnya perangkat set lukis. Kemudian melihat melimpahnya bahan baku limbah tebu yang memiliki karakteristik mendekati dengan bahan baku dari masing-masing alat set lukis memunculkan inovasi baru ini. Sejauh ini pemanfaatan ampas tebu (serat ampas tebu) masih terbatas sebagai makanan ternak, bahan bakar boiler, dan bahan baku untuk pembuatan pulp, pupuk, dan papan artikel. Pengaplikasian limbah tebu sebagai komponen pembuatan set alat lukis dapat dilakukan karena serat tebu memiliki komposit Tarik sebesar 26,9 MPa serta teruji kekuatan dan kemuluran seratnya.

Rizki Aulia menambahkan ampas tebu berpotensi memiliki nilai jual dan diminati di pasaran karena harganya yang cukup ekonomis dan terjangkau untuk pelajar atau mahasiswa. “Target konsumen kami yaitu para pelajar, mahasiswa, dan orang yang memiliki minat dalam bidang seni kreatif yang masih dalam tahapan pemula dan mencari produk dengan anggaran terbatas”. Beberapa keunggulan lain Sweet Fiber ini adalah memiliki bahan baku murah, inovasi yang menarik menciptakan nilai tambah, dan kerjasama local dapat meningkatkan citra merek. Set alat lukis ini terdiri dari kuas yang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: knife, round, dan flat; pensil arang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: dark, grey, dan light grey, dan palet berukuran 14x21 cm.  

Kinary Arsya memaparkan bagaimana proses pembuatan set alat lukis ini yang dibagi menjadi 3 alur. Alur pertama adalah pembuatan isi pensil. Untuk membuat isi pensil tersebut, limbah tebu dibakar menjadi arang yang kemudian dihaluskan dan disaring. Setelah itu dicampur dengan tanah liat dan tepung kanji. Adonan isi pensil dicetak menjadi isian pensil kemudian dirakit dan dipotong. Alur yang kedua yaitu pembuatan palet serta komponen pensil dan kuas. Limbah ampas tebu dihaluskan dan menghasilkan blotong yang dicampur dengan lelehan limbah plastik kemasan. Tahap terakhir adalah dicetak dan finising. Kemudian untuk alur yang ketiga adalah pembuatan bulu kuas. Untuk membuat bulu kuas, limbah tebu direndam menggunakan larutan kuas kemudian di jemur. Setelah kering serat disisir dan dibagi yang kemudian dirakit sesuai ukuran kuas.

“Untuk proses pengemasannya kami menggunakan packaging berbahan kertas duplek untuk mengurangi limbah plastik. Kami menggunakan warna hijau sebagai warna dominan yang identic dengan warna alam. Kemudian pada kemasan juga terdapat informasi mengenai keunggulan, jenis, dimensi produk, serta panduan penggunaannya,” kata Regina.

Sweet Fiber diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama dalam upaya memperkenalkan produk inovasi dari limbah. “Kami berharap dengan adanya sejumlah set alat lukis limbah ampas tebu ini, para pengguna baik yang masih dalam tahap awal sampai professional dapat memaksimalkan kreativitas dengan alat ini,” ujar Yunita. Sweet Fiber bukan sekedar alat lukis biasa, tetapi sebagai medium untuk mengekspresikan diri dengan bebas tanpa khawatir akan terbatasnya biaya. Produk ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa UNY memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan para pelukis pemula. Inovasi ini memberikan dukungan nyata bagi para seniman muda yang membutuhkan alat lukis yang berkualitas namun ramah di kantong. Melalui produk ini, mahasiswa UNY membuktikan bahwa ide-ide memanfaatkan limbah dapat memberikan manfaat ganda bagi lingkungan dan masyarakat.

Karya ini berhasil meraih pandanaan dari Direktorat Belmawa Kemendikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKMK tahun 2024.

Penulis
Lia Ika Agustin
Editor
Dedy
Kategori Humas
MBKM
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat