Dosen Administrasi Publik (AP), Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY), Utami Dewi, MPP memberikan kuliah pada 13 mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dalam rangkaian seri perkuliahan kegiatan short course yang berlangsung pada tanggal 29/7-5/8/2019 di FIS UNY. Utami Dewi yang juga merupakan Kepala Unit Urusan Internasional dan Kerjasama (U2IK) FIS UNY tersebut menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan kerjasama internasional yang dilakukan oleh FIS tahun 2019. ”Kegiatan ini diharapkan dapat mendukung UNY untuk mencapai world class university” jelasnya
Dalam kesempatan tersebut Utami Dewi menyampaikan materi tentang “Comparative Social System: Indonesia and Malaysia”. Sistem sosial dan struktur sosial tidak dapat dipisahkan karena sistem sosial terdapat dalam struktur sosial. Sistem sosial menyajikan hubungan yang tetap sebagai sebuah kerangka. Untuk mengamati sistem sosial,budaya dan relitas masyarakat indonesia, diperlukan minimal dua teori yaitu functional and structural dialectics conflict. Hal ini karena masyarakat Indonesia merupakan masyarakat plural baik secara horizontal dan vertikal.
Dalam masyarakat plural horizontal, lanjut Utami Dewi, perbedaan etnis dan agama menyebabkan konflik horizontal, beberapa etnis memainkan peran penting dalam masyarakat di sektor ekonomi dan politik, Kesenjangan ekonomi menjadi penyebab utama terjadinya konflik sosial, dan Semangat etnisitas menghalangi konsensus dan integrasi sosial. Sementara itu, karakteristik masyarakat plural vertikal antara lain terdapat pemimpin dan penguasa, etnis Jawa dominan di sektor politik sedangkan etnis Cina mendominasi sektor ekonomi, dan di beberapa daerah ada keluarga kerajaan sebagai pembuat peraturan dan kebijakan di daerah tersebut misalnya Yogyakarta dan Maluku.
“Salah satu faktor yang dapat menumbuhkan integrasi masyarakat plural adalah adanya konsensus di antara berbagai kelompok etnis berdasarkan nilai dasar sebuah masyarakat. Dalam hal ini, Indonesia memiliki semangat bhinneka tunggal ika dan sumpah pemuda” ungkapnya. (Eko)