Saat matahari baru terbit di ufuk timur, sebuah perahu dan kapal Manggala Derya mulai membelah lautan Kutai Timur. Di atasnya, rombongan relawan Jelajah Pesona Pulau Miang dari berbagai daerah di Indonesia bergerak menuju titik pengamatan hiu paus—salah satu ikon bahari Pulau Miang. Setelah menempuh perjalanan laut sekitar satu jam, sebuah bagan nelayan mulai tampak. “Di titik inilah kita biasanya melihat Nola, hiu paus yang menjadi daya tarik wisata bahari Miang,” ujar Firman, anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nusa Bale.
Tak lama berselang, lima ekor hiu paus muncul menyembul ke permukaan, menyapa para relawan yang beruntung pagi itu. Ikan raksasa yang dikenal dengan sebutan cucut ini mampu mencapai lebar mulut hingga 1,5 meter dan memiliki ratusan gigi kecil serta lembaran penyaring untuk menangkap plankton dan ikan kecil. Tidak selalu mudah bertemu hiu paus—mereka mengikuti jalur migrasi dan tidak setiap hari muncul ke permukaan. Namun Nola, salah satu individu yang dikenal warga, kerap menampakkan diri dan mempunyai corak kemerahan khas di bagian sirip.
Program Jelajah Pesona Pulau Miang merupakan inisiatif Komunitas Nasib Baik bersama Dinas Pariwisata Kutai Timur, dan bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). UNY mengirimkan lima mahasiswa sebagai relawan, yaitu Yoga Firmansa dan Diva Yowanda Natasya Siregar (Prodi Pariwisata), Haryadi Adhan (Pendidikan Fisika), Imelda Widiastuti (Tata Busana), serta Fahri Hasanuddin Amhar (Sastra Indonesia).
Sebanyak 40 relawan dari berbagai daerah kemudian ditempatkan dalam lima sektor pengabdian: kesehatan, pendidikan, media pariwisata, ekonomi kreatif, dan lingkungan. Kegiatan berlangsung belum lama ini dengan melibatkan masyarakat dari berbagai usia. Harapannya, sebagai Kampung Bahari Nusantara (KBN), Pulau Miang tidak hanya dikenal oleh masyarakat lokal, tetapi juga menjadi destinasi bahari yang diperhitungkan di tingkat nasional.
Dalam penutupan program, Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menyampaikan apresiasi mendalam atas kontribusi para relawan. Ia menilai peningkatan wisatawan dalam waktu singkat merupakan capaian luar biasa bagi Pulau Miang. “Program ini luar biasa. Para volunteer dengan berbagai keilmuan—kesehatan, pendidikan, pariwisata, ekonomi, dan lingkungan—saya harap membawa kebaikan bagi kita semua. Tolong seluruh temuan volunteer didokumentasikan dalam bentuk tertulis karena itu sangat saya butuhkan sebagai Bupati. Saya yakin Pulau Miang akan berkembang jauh lebih hebat lagi,” ungkap Ardiansyah sebelum meresmikan penutupan kegiatan Berani Berdampak.
Program ini tidak hanya membuka cakrawala baru bagi relawan, tetapi juga memberi energi baru bagi pengembangan pariwisata bahari Pulau Miang—sebuah surga tersembunyi di Bumi Etam yang kini perlahan menampakkan kemilaunya ke seluruh negeri.
English