Pluralitas bangsa Indonesia merupakan kekuatan nasional, bila dikelola dengan baik dan tepat, apabila tidak maka konflik bisa terjadi. Menuju ‘Indonesia Emas di 2045’ menjadi bangsa yang maju dalam ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dan beragama yang maslahat perlu ‘Moderasi Beragama’. Hal ini dikatakan Prof. Dr (Phil). Sahiron, M.A dalam Seminar Nasional Moderasi Beragama di Ruang Sidang Utama UNY, Rabu (18/12). Menurut Sahiron moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan perilaku beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawentahkan esensi ajaran agama, yang melindungi martabat kemanusiaan, membangun kemaslahatan umum, berdasarkan prinsip adil, berimbang dan mentaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa. “Indikatornya adalah toleransi, anti kekerasan, menghormati budaya lokal dan memiliki komitmen kebangsaan berupa NKRI, Pancasila, UUD 1945” katanya.
Diungkapkan Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut, nilai-nilai universal agama dalam bermasyarakat diantaranya menjaga hubungan baik dengan Tuhan pencipta alam melalui iman dan ritual, menjunjung tinggi martabat manusia dan kesetaraan gender, menciptakan kebaikan bagi manusia dan alam semesta, toleransi dan menghargai keberagaman dan perbedaan serta tidak adanya paksaan dan kekerasan. “Sehingga dalam moderasi beragama perlu sikap etiko-teologis seperti ta’aruf, tafahum, tasamuh, ta’adul, ta’awun dan bina ‘al saqafah” tutup Sahiron.
Pembicara lain dalam seminar ini adalah Prof. Dr. Marzuki, M.Ag. (Guru Besar FISHIPOL, UNY) dengan materi ‘Implementasi Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi’. Seminar ini merupakan kerjasama UNY dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang dan dibuka oleh Rektor UNY Prof. Sumaryanto. Dalam kesempatan ini juga ditandatangani nota kesepahaman antara UNY dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang.
Ketua Panitia Muhamad Purbaya, S.Kom mengatakan kegiatan ini diselenggarakan berdasarkan mandat Presiden RI pada Kementerian Agama (Kemenag) untuk penguatan moderasi beragama. “Roadmapnya sudah ada sejak 2020 dan harus sudah menyasar di eksternal Kemenag, karena internal Kemenag sudah selesai” ungkapnya. Kebijakan pimpinan di Kemenag perlu menggandeng stakeholder eskternal yaitu dunia pendidikan dan Pemerintah Daerah untuk penguatan moderasi beragama ini. Untuk dunia endidikan, digandengnya UNY sebagai salah satu titik penting perguruan tinggi favorit dengan mahasiswa berjumlah banyak dari berbagai daerah.
Seminar dihadiri oleh 250 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan dari kedua instansi. Salah satu peserta, Shafa merasakan manfaat ikut seminar ini karena menjadikan pemahaman tentang moderasi beragama. “Sekarang kita harus dapat menjaga kerukunan dan toleransi dalam beragama, itu yang saya dapatkan disini” ujar mahasiswa prodi Pendidikan Tata Busana Fakultas Teknik UNY tersebut.