Putri Sopir Bus Malam Dan Penjual Bakmi Yang Lulus Cumlaude

3
min read
A- A+
read

NIke dan keluarganya

Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Pepatah ini masih relevan pada era sekarang. Salah satu yang membuktikannya adalah Olivia Nike Purnomo, anak kedua pasangan Yoyok Purnomo, seorang sopir bus malam dan Sri Yatmi, seorang penjual bakmi dan nasi goreng. Nike, panggilan akrabnya, berhasil meraih predikat cumlaude pada wisuda UNY periode Februari 2022 dengan IPK 3,82.

Mahasiswa prodi pendidikan akuntansi Fakultas Ekonomi tersebut mengatakan bahwa walau keluarganya termasuk golongan menengah kebawah namun dalam hal pendidikan orang tuanya sangat memperhatikan. “Saat duduk di bangku SD, orangtua saya kesulitan membayar SPP anak-anaknya, karena kebetulan kami bersekolah di sekolah swasta yang pada saat itu nominalnya terbilang mahal untuk kami” kenang Nike. Bahkan dia pernah diminta guru tinggal kelas karena belum mengambil rapor kenaikan kelas karena untuk mengambil rapor SPP harus sudah lunas. Walaupun penuh rintangan namun dapat terlewati dan Nike bisa masuk SMP negeri dengan gratis. Diterimanya Nike di SMP negeri cukup meringankan beban Yoyok Purnomo dan Sri Yatmi, yang saat itu harus membiayai kakak Nike sekolah SMA dan adik Nike di SD. Lingkungan pendidikan di SMP pun menyenangkan sehingga hal tersebut memotivasi Nike untuk meneruskan ke SMA negeri dan berhasil diterima di SMA negeri favorit di kota Magelang. Selama sekolah di SMP Nike mendapat bantuan BOS sehingga SPP gratis sampai lulus. Hal ini membuat bangga orang tuanya.

Saat SMA, warga Perum Bagongan Asri, Sukorejo, Mertoyudan, Magelang tersebut masuk jurusan IPA namun kurang cocok karena membutuhkan les di luar sekolah tetapi ekonomi keluarga tidak memungkinkan. Akhirnya di kelas 2 saya memberanikan diri pindah ke IPS dan pilihan ini tidak salah karena saya suka dengan pelajaran IPS terutama akuntansi” ujarnya. Nilainya naik bahkan masuk rangking atas, sampai di kelas 3 mulai memasuki masa-masa ujian akhir. Alumni SMAN 3 Magelang itu mengaku hingga kelas 3 dia tidak pernah ikut les/bimbel, tidak punya akses internet di rumah dan tidak punya whatsapp sehingga selama sekolah Nike hanya bisa mengandalkan buku pelajaran dan guru. Keterbatasan itu pula yang membuatnya tidak memiliki pengetahuan tentang seleksi masuk perguruan tinggi. Nike mengikuti SNMPTN namun gugur karena pindah jurusan. Ikut SBMPTN juga gagal karena ketidaktahuan materi tes yang tidak diajarkan di sekolah sehingga hanya belajar materi SBMPTN dari 1 buku latihan yang dibelikan orang tuanya. Saya kecewa pada diri sendiri dan patah semangat tetapi orang tua saya tetap menginginkan saya kuliah dan meminta saya mendaftar di perguruan tinggi swasta, namun karena biayanya tinggi saya mendaftar dengan setengah hati” akunya. Secara tidak sengaja Nike mengetahui UNY masih membuka program Seleksi Mandiri dan memberanikan diri mendaftar dengan memilih pendidikan akuntansi sebagai pilihan pertama dan akuntansi sebagai pilihan kedua. Nike memang menyukai akuntansi dan cita-citanya sedari kecil ingin menjadi guru yang memberi ilmu tanpa pilih kasih. Nike hanya mengandalkan latihan soal dari buku SBMPTN yang lalu karena tidak tega kalau minta dibelikan lagi. Keberuntungan berpihak pada Nike, dia diterima di UNY pada pilihan 1 dan mendapatkan UKT rendah. Kegembiraan diterima di perguruan tinggi favorit bertambah setelah UNY mengundangnya untuk mendapatkan beasiswa bidikmisi. Uang beasiswa tersebut dapat membantunya menyewa kos di sekitar kampus.

Gadis kelahiran Magelang 5 September 1999 itu memaparkan selama perkuliahan dia berusaha mengikuti mata kuliah sebaik mungkin mengingat usaha orang tuanya sangat besar untuk bisa mengkuliahkannya. Tugas selalu saya kerjakan tepat waktu dan tidak pernah absen. Saya selalu berhemat saat di kos meskipun ayah saya tidak pernah terlambat memberi uang makan” ujarnya. Namun ternyata pandemi covid melanda sehingga ayahnya tidak bekerja dalam waktu yang lama. Ibunya mulai berjualan nasi goreng, kue kering, dan nasi kotak untuk kebutuhan sehari-hari. Sejak itu hingga sekarang Nike dan adik semata wayangnya membantu ibu berjualan. Pagi-siang persiapan bahan, sore-malam berjualan. Saat pandemi berlangsung kuliah di online-kan sehingga dapat menghemat uang kos. Pada awal 2021 Nike mulai mengajar les privat pada beberapa anak SD-SMP. Akhirnya dia mengerjakan tugas akhir skripsi dibarengi membantu ibunya berjualan dan di sela-sela mengajar les privat. Nike mengajar di hari Senin-Jumat, sedangkan Sabtu-Minggu dikhususkan untuk mengerjakan skripsi secara kilat karena laptop harus berbagi dengan adiknya yang juga kuliah online. Nike tidak pernah menunda mengerjakan revisi dari dosen pembimbing dengan harapan skripsinya cepat selesai. Dikerjakan secara marathon, Nike biasanya mengerjakan 1 bab per hari bahkan pernah mengerjakan bab 1, 2 dan 3 dalam waktu 2 hari. Saya terkadang tidak tidur dan tidak makan saat mengerjakan skripsi/revisi. Hal tersebut saya lakukan karena mungkin laptop akan digunakan adik saya untuk kuliah” ujarnya. Seperti mahasiswa lainnya, terkadang Nike merasa malas mengerjakan revisi terlebih biasanya feedback dari dosen pembimbing berinterval 2-4 minggu. Tetapi dia sadar akan harapan orang tuanya supaya cepat lulus dan ikut membantu ekonomi keluarga. Hingga akhirnya Januari 2022 Nike yudisium dan ikut wisuda di bulan Februari. Nike bersyukur diberi kesempatan, didukung oleh keluarga inti dan keluarga besar untuk tetap sekolah. Kedua orang tua saya yang hanya sopir bus dan penjual nasi goreng dapat mengantarkan anaknya bergelar sarjana, hanya ini kebahagiaan yang bisa saya berikan untuk mereka. Selama sekolah dan kuliah, saya menyadari disiplin itu penting tetapi juga harus diimbangi sifat legowo supaya kalau ekspektasi tidak terwujud maka diri bisa menerima dan tidak berlarut-larut dalam kecewa” tutup Nike.

Bibi Nike, Dr. Karyati, M.Si mengatakan bahwa sejak kecil Nike memang rajin dan mau membantu melakukan pekerjaan rumah. Dosen jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY tersebut berharap agar Nike tetap menjadi anak yang rendah hati, berbakti pada orang tua dan sukses kedepannya. “Saya bahkan berkeinginan agar keponakan saya itu dapat melanjutkan S2, tentu dengan beasiswa dari pemerintah juga” harap Karyati. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu, pengentasan kemiskinan dan kesetaraan gender. (Dedy)