PENTINGNYA PENGUATAN PANCASILA DAN PKN DI ERA DISRUPSI

1
min read
A- A+
read

PENTINGNYA PENGUATAN PANCASILA DAN PKN DI ERA DISRUPSI

Era Disrupsi menjadi tantangan bagi semua negara bangsa. Jika tidak diantisipasi dan dihadapi dengan baik, Era Disrupsi membawa dampak yang destruktif. Dengan latar belakang tersebut, Prodi PPKn Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta mengadakan Konferensi Nasional Kewarganegaraan IV dengan tema “ Penguatan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Memperkokoh Jati Diri Bangsa di Era Disrupsi.” Kegiatan diadakan Kamis, 14 November 2019 di Aula lt. 7 Gedung Bernadib, Universitas Negeri Yogyakarta.

Hadir selaku pembicara adalah Agus Wahyudi, Ph.D, Kepala Pusat Studi Pancasila, Dr. Samsuri, M.Ag, Dosen UNY dan Kepala Pusat Studi Pancasila dan Konstitusi UNY, dan Widi Hastusi, M. Si, Guru MAN Wonokoromo yang merupakan Peraih Anugerah Konstitusi 2012. Kegiatan dibuka langsung oleh Direktur PPs UNY, Prof. Dr. Marsigit, M. A dan dihadiri oleh dosen-dosen PPKn Pascasarjana.

Prof. Marsigit dalam sambutannya turut menyambut dan mengapresiasi acara tersebut. Menurutnya, penguatan jati diri bangsa Indonesia harus senantiasa dilakukan. Munculnya gerakan-gerakan radikal, intoleransi adalah tantangan-tantangan bangsa Indonesia kedepannya.

Toba Sastrawan Manik selaku Ketua Panitia Pelaksana mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilatarbelakangi pentingnya penguatan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, jati diri bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan adanya konferensi ini diharapkan menjadi ruang dan peluang untuk menyerap ide-ide sekaligus mendiseminasikan terhadap khalayak publik.

Kaprodi PPKn Pasca UNY, Dr. Suharno, M. Si menegaskan bahwa setidaknya ada tiga alasan pentingnya konferensi tersebut yakni pentingnya meneguhkan kembali Pancasila, pentingnya penguatan PPKn sebagai upaya terstruktur dan sistematis, dan upaya diseminasi ide-ide konstruktif.

Konferensi terbagi dalam dua sesi yakni sesi kuliah umum dan sesi seminar paralel. Peserta terdiri dari mahasiswa S1, S2, dan S3 bahkan dosen-dosen serta guru-guru yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia. (Toba Sastrawan Manik/ant)