Pengukuhan Sembilan Guru Besar Baru UNY

Sembilan guru besar baru UNY

Universitas Negeri Yogyakarta mengukuhkan gelar guru besar bagi sembilan orang dosen yang dilaksanakan pada Sabtu (3/9) di Performance Hall Fakultas Bahasa dan Seni dengan protokol kesehatan. Mereka adalah Prof. Dr. Ali Mustadi, S.Pd, M.Pd. guru besar bidang ilmu Strategi Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar Program Studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan, Prof. Dra. Yulia Ayriza, M.Si., Ph.D., Psikolog. guru besar bidang ilmu Psikologi Perkembangan Fakultas Ilmu Pendidikan, Prof. Dr. Wening Sahayu, M.Pd. guru besar bidang ilmu Linguistik Terapan Fakultas Bahasa dan Seni, Prof. Dr. Jailani, M.Pd. guru besar bidang ilmu Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Fakultas MIPA, Prof. Dr. Isana Supiah Yosephine Louise, M.Si. guru besar bidang ilmu Elektrokimia Fakultas MIPA, Prof. Dr. Sunarso, M.Si. guru besar bidang ilmu Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial, Prof. Dr. Dra. Hastuti, M.Si. guru besar bidang ilmu Geografi Manusia Fakultas Ilmu Sosial, Prof. Dr. Eng. Ir. Didik Nurhadiyanto, S.T., M.T., IPU. guru besar bidang ilmu Rekayasa Material Fakultas Teknik dan Prof. Dr. Ria Lumintuarso, M.Si. guru besar bidang ilmu Pendidikan Kepelatihan Atletik Fakultas Ilmu Keolahragaan.

Ali Mustadi mengatakan bahwa guru harus kreatif dalam penggunaan media digital untuk menunjang proses pemerolehan kesantunan berbahasa anak di sekolah. Hal ini karena media digital memegang peranan yang cukup penting dalam proses pemberian stimulasi karena media ini dapat memperlancar pemahaman serta memperkuat ingatan anak. Sumber daya digital yang kaya ini perlu digali oleh lingkungan pendidikan untuk mendukung perkembangan bahasa dan kesantunan berbahasa anak. Untuk pendidikan di era digital dan menyiapkan generasi emas, perlu ditandaskan bagaimana bersikap santun dalam penggunaan bahasa pada ragam bahasa lisan yang ditulis untuk mengomentari, mendukung, menyatakan keberatan, ketidaksetujuan, dan seterusnya. Yulia Ayriza memaparkan Social Emotional Learning merupakan kepingan penting dan bermakna yang akan melengkapi proses pendidikan dalam mengembangkan kekuatan karakter (character strength) di sekolah. Sinergi dari berbagai pihak yang terlibat dalam sekolah menjadi pondasi awal untuk mewujudkan program SEL di sekolah. Dalam penerapannya, dibutuhkan adanya guidelines serta framework yang terstandar untuk dapat dijadikan acuan bagi guru, pengelola sekolah, dan praktisi kesehatan mental di sekolah dalam menerapkan dan mengintegrasikan SEL secara efektif pada semua kegiatan di sekolah. Wening Sahayu memberi saran untuk mengembangkan buku teks bahasa Jerman di Indonesia dengan tema-tema GCE yang direkomendasikan, yaitu tema yang berkaitan dengan Pendidikan Hak Asasi Manusia, Konflik dan Pembangunan Perdamaian, Menghormati Keanekaragaman, Globalisasi & Keadilan Sosial, Keberlanjutan-menjaga sumber daya alam. Melalui tema-tema tersebut, diharapkan dapat dijadikan sarana mengembangkan pengetahuan siswa tentang GCE. Selain itu, materi buku teks yang demikian diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa sebagai warga global untuk mulai ikut andil dalam meminimalisasi timbulnya persoalan dalam lingkup global.

Menurut Jailani kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam implementasi kurikulum di Satuan Pendidikan (sekolah) sudah terjadi lebih dari 15 tahun, yakni kesulitan dalam melakukan penilaian hasil belajar ranah afektif. Hal ini merupakan tantangan sekaligus ladang kegiatan (amal) dari Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) dan LPTK sangat berpotensi untuk memberikan alternatif solusinya. Bentuk alternatif solusinya antara lain mengoptimalkan pengelolaan hasil penelitaian tugas akhir. Isana Supiah Yosephine Louise  menjelaskan elektroda terner stainless steel/Fe-Co-Ni ternyata selain memiliki efisiensi relatif lebih tinggi baik dari sisi produk maupun konsumsi energi bila dibandingkan dengan stainless steel, juga andal dalam berbagai lingkungan media, sehingga memungkinkan untuk diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair, terutama dimanfaatkan sebagai sumber hidrogen, salah satu alternatif energi baru terbarukan yang murah dan ramah lingkungan memenuhi prinsip green energy. Jika gas hidrogen ditetapkan sebagai bahan bakar, komersialisasinya dapat diperhitungkan secara ekonomis karena kebutuhan energi yang makin meningkat. Sunarso menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma Baru bercirikan adanya praktik belajar kewarganegaraan yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori kewarganegaraan melalui pengalaman belajar secara kontekstual. Praktik belajar kewarganegaraan ini menjadi kekuatan dan keunggulan dari kewarganegaraan sehingga diharapkan menjadi mata pelajaran yang menarik dan bermakna. Praktik belajar kewarganegaraan dilakukan dengan metode pembelajaran berbasis kompetensi. Karena itu dengan materi yang hanya sedikit sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan, maka guru tidak perlu takut untuk kehabisan materi.

Sedangkan Hastuti mengemukakan, pariwisata berkelanjutan menjadi perhatian disiplin geografi sesuai tema interaksi manusia dengan lingkungan, dimana perempuan sebagai komponen antroposfer dalam interaksi dengan lingkungan alam, sosial budaya karena memiliki peran strategis. Kajian geografi tentang perempuan dalam pariwisata berkelanjutan sebagai objek kajian menarik, sebagaimana dapat ditelusuri kemudahan memperoleh artikel tentang hal tersebut pada jurnal ilmiah. Pariwisata itu sendiri adalah presentasi produk dan konsumsi dari masyarakat dalam konstruksi gender. Didik Nurhadiyanto menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan material karena perkembangan teknologi maju bisa dilakukan dengan merekayasa material dari material yang sudah ada. Rekayasa material bisa melalui beberapa tahapan proses sesuai dengan kebutuhan penggunaan material. Rekayasa material bisa melalui kegiatan antara lain pembentukan, pelapisan, perlakuan panas, pengerasan, perubahan dimensi, dan komposit. Ria Lumintuarso menyebutkan bahwa sistem LTAD (Long Term Athlete Development) memiliki keunggulan yang tinggi dalam mencapai prestasi dan mengamankan atlet dari berbagai efek latihan yang berisiko yang dapat membuat atlet cedera dan over-training yang berakibat pada terhentinya atlet ditengah jalan. (Dedy)