PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG ILMU PENILAIAN PEMBELAJARAN FISIKA

1
min read
A- A+
read

Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Reformasi kurikulum yang dilakukan pemerintah, salah satunya dengan pembaharuan pedoman proses pembelajaran. Seorang pendidik harus memiliki kompetensi pendidik yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Salah satu kompetensi pendidik dalam dimensi pedagogik adalah dapat menyelenggarakan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar dengan kompetensi inti diantaranya dapat menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi. Penilaian hasil belajar berubah sebagai akibat  reformasi di seluruh dunia, khususnya di bidang pendidikan sains, mempromosikan pergeseran dari pengajaran tradisional menjadi keterampilan algoritmik, keterampilan berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS) menjadi keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).  Demikian dikatakan Prof. Dr. Drs. Edi Istiyono, M.Si. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penilaian Pembelajaran Fisika pada Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul ‘PhysCoTeHOTS-CAT: Solusi Penilaian HOTS Berbasis TIK sebagai Tuntutan Pembelajaran Fisika Masa Kini’ itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Sabtu (7/3). Edi Istiyono adalah guru besar UNY ke-153.

Pria kelahiran Galur Kulon Progo, 7 Maret 1968 tersebut mengatakan, keterampilan berpikir merupakan aspek penting dalam proses belajar mengajar terutama pada pendidikan tinggi. “Berpikir merupakan kemampuan kognitif untuk memperoleh pengetahuan” kata Edi Istiyono “Kemampuan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipisah-pisah kedalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir”. Peserta didik dengan menggunakan HOTS dapat meningkatkan kinerja belajar dan mengurangi kelemahan mereka. HOTS merupakan proses berpikir kritis dan kreatif yang pada akhirnya dapat digunakan peserta didik dalam menyelesaikan kegiatan. HOTS didefinisikan kedalam tiga kategori, yaitu didefinisikan dalam hal transfer, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.

Doktor bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta tersebut memaparkan, fisika dikenal sebagai mata pelajaran terkategori sulit bagi peserta didik dan membutuhkan kemampaun berpikir logis, kritis, kreatif dan objektif, sehingga diperlukan HOTS dalam pembelajarannya. Oleh karenanya dengan melatih peserta didik terbiasa untuk menyelesaikan persoalan HOTS Fisika, maka diharapkan peserta didik mampu menyelesaikan persoalan fisika dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka. Ada beberapa keterampilan yang merupakan HOTS yang selanjutnya disebut HOTS Fisika, meliputi: HOTS Bloomian, HOTS Marzanoian, Critical Thinking Skills, Creative Thinking Skills dan Problem Solving Skills. Tes lengkap untuk mengukur HOTS Fisika atau Complete Test for HOTS Physics selanjutnya diberi nama PhysCoTeHOTS.

Warga Nitipuran Ngestiharjo Bantul tersebut menyimpulkan, implementasi penilaian berbasis HOTS dalam fisika di SMA masih rendah. Namun seiring dengan perkembangan masyarakat, penguasaan kompetensi abad ke-21 dan revolusi industri 4.0 penggunakan CAT untuk penilaian hasil belajar Fisika yakni PhysCoTeHOTS-CAT dinilai efektif. Berdasarkan simpulan tersebut, kiranya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika khususnya dan pembelajaran pada umumnya perlu ditingkatkan pembelajaran berbasis HOTS yang diikuti penilaian HOTS berbasis TIK dan khususnya CAT. Hasil bahwa PhysCoTeHOTS-CAT yang dikembangkan efektif digunakan, sesuai dengan beberapa penelitian yang relevan sebelumnya. CAT dapat memperkirakan tingkat kemampuan peserta didik dalam waktu yang lebih singkat daripada metode pengujian lainnya. (Dedy)