Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terus menunjukkan komitmennya dalam membangun pendidikan tinggi yang inklusif dan ramah bagi mahasiswa disabilitas. Hal ini diwujudkan melalui kolaborasi riset internasional bersama University of Exeter, Inggris, dalam proyek Disability Rights and In/Equalities in Higher Education. Dua dosen Departemen PLB, yakni Pujaningsih, Ed.D dan Nur Azizah, Ph.D, belum lama ini melakukan kunjungan akademik ke University of Exeter sebagai bagian dari implementasi program ini.
Proyek riset bersama yang didanai British Academy sebesar £280.000 ini bertujuan mengkaji pengalaman mahasiswa penyandang disabilitas di Indonesia dan Inggris melalui pendekatan lintas disiplin, mulai dari pendidikan, sosiologi, hingga kajian disabilitas kritis dan media. Penelitian ini menyelidiki bagaimana faktor sosial, budaya, dan representasi media memengaruhi akses, pengalaman, serta posisi penyandang disabilitas di pendidikan tinggi kedua negara.
Kunjungan tim UNY selama sepekan menjadi momentum penting untuk memperkuat shared momentum—energi kolaboratif yang sulit dibangun hanya melalui komunikasi jarak jauh. Berbagai agenda dilaksanakan, mulai dari diskusi riset, workshop dengan pimpinan unit layanan disabilitas, hingga eksplorasi praktik inklusi di Kampus Streatham, University of Exeter.
Pujaningsih, Ed.D menegaskan bahwa kolaborasi ini membuka ruang refleksi yang sangat berarti. “Bertemu langsung dengan para peneliti Exeter membuat kami bisa berdiskusi lebih dalam mengenai konteks Indonesia dan Inggris. Banyak praktik baik yang dapat kami adaptasi, sekaligus memperkuat posisi UNY sebagai kampus yang berkomitmen pada pendidikan inklusif,” ujarnya.
Sementara itu, Nur Azizah, Ph.D menyoroti bagaimana riset ini memiliki dampak luas bagi pengembangan kebijakan kampus. “Penelitian ini tidak hanya menghasilkan data, tetapi juga rekomendasi strategis untuk meningkatkan layanan dan aksesibilitas bagi mahasiswa disabilitas. Kami berharap hasilnya dapat menjadi pijakan perubahan kebijakan yang lebih kuat, baik di UNY maupun di perguruan tinggi lainnya,” jelasnya.
Kolaborasi UNY–Exeter diharapkan menghasilkan panduan kebijakan, rekomendasi institusional, serta sumber daya bagi pemangku kepentingan pendidikan tinggi—mulai dari pimpinan universitas, dosen, hingga staf layanan disabilitas. Perbandingan konteks sosial kedua negara juga memungkinkan identifikasi praktik baik, kesenjangan layanan, serta faktor budaya yang memengaruhi keberhasilan inklusi.
Setelah rangkaian kegiatan berlangsung, tim menyepakati beberapa langkah lanjutan, yaitu melanjutkan pengumpulan data komparatif tentang pengalaman mahasiswa penyandang disabilitas di Indonesia dan Inggris, menyusun publikasi akademik untuk memperkuat pengaruh riset terhadap kebijakan dan praktik kampus, menyelenggarakan pelatihan dan workshop lintas negara berbasis temuan penelitian, serta mengembangkan dialog global antarkampus terkait tantangan dan strategi mewujudkan kampus inklusif.
Kerja sama ini menjadi langkah nyata UNY dalam mendorong pendidikan yang setara, adil, dan bebas hambatan. Lebih dari itu, kolaborasi internasional ini sejalan dengan upaya mencapai SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 10 (Mengurangi Kesenjangan), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan).
English